Kepolisian Sektor (Polsek) Gubeng mengamankan dua pelaku pengedar uang palsu (upal) berinisial HS (20) dan RP (23), setelah keduanya bertransaksi di salah satu hotel di Surabaya.
Kapolsek Gubeng Kompol Eko Sudarmanto dalam keterangannya di Surabaya, Sabtu mengatakan peredaran upal terbongkar berawal dari salah satu pelaku berinisial HS (20) yang sedang menginap di hotel di kawasan Gubeng Surabaya.
"Ketahuannya pas bayar hotel, pelaku pakai uang palsu, karena petugas curiga, telepon ke kami dan saat kami datang ternyata sisanya masih banyak di pakaiannya,” ucapnya.
Dari hasil pemeriksaan, oleh tersangka HS (20) ternyata bertugas melakukan distribusi atau menyebarkan upal yang kerap menyasar toko kelontong atau warung kecil.
Sementara itu, untuk pembayaran atau transaksi hotel baru pertama kali dilakukan.
“Sasarannya biasanya warung-warung kecil, untuk di hotel, itu baru pertama kali,” kata Kompol Eko.
Setelah melakukan pendalaman, kata dia, rekannya RP (23) dibekuk oleh petugas di Dusun Tlogosari, Kecamatan Tirtoyudo, Malang, tempatnya untuk memproduksi uang palsu.
“RP mencari orang untuk menyalurkan, salah satunya HS yang berminat. Mereka mengaku menyesal dan memohon maaf, ini pertama dan terakhir,” ucapnya.
Selain itu, kedua pelaku mengaku meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah yang digunakan lagi untuk biaya produksi dan kebutuhan sehari-hari.
“Keuntungannya diputar untuk produksi lagi, Rp 55 juta untuk kebutuhan sehari-hari, Upal itu dijual dengan perbandingan 1:4,” tuturnya.
Dari keduanya, polisi menyita total upal hingga Rp202 juta dengan pecahan Rp50.000 maupun Rp100.000 dan sejumlah alat produksi upal.
Akibat ulahnya, keduanya terancam dengan pasal 244 dan 245 KUHP, dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Kapolsek Gubeng Kompol Eko Sudarmanto dalam keterangannya di Surabaya, Sabtu mengatakan peredaran upal terbongkar berawal dari salah satu pelaku berinisial HS (20) yang sedang menginap di hotel di kawasan Gubeng Surabaya.
"Ketahuannya pas bayar hotel, pelaku pakai uang palsu, karena petugas curiga, telepon ke kami dan saat kami datang ternyata sisanya masih banyak di pakaiannya,” ucapnya.
Dari hasil pemeriksaan, oleh tersangka HS (20) ternyata bertugas melakukan distribusi atau menyebarkan upal yang kerap menyasar toko kelontong atau warung kecil.
Sementara itu, untuk pembayaran atau transaksi hotel baru pertama kali dilakukan.
“Sasarannya biasanya warung-warung kecil, untuk di hotel, itu baru pertama kali,” kata Kompol Eko.
Setelah melakukan pendalaman, kata dia, rekannya RP (23) dibekuk oleh petugas di Dusun Tlogosari, Kecamatan Tirtoyudo, Malang, tempatnya untuk memproduksi uang palsu.
“RP mencari orang untuk menyalurkan, salah satunya HS yang berminat. Mereka mengaku menyesal dan memohon maaf, ini pertama dan terakhir,” ucapnya.
Selain itu, kedua pelaku mengaku meraup keuntungan hingga puluhan juta rupiah yang digunakan lagi untuk biaya produksi dan kebutuhan sehari-hari.
“Keuntungannya diputar untuk produksi lagi, Rp 55 juta untuk kebutuhan sehari-hari, Upal itu dijual dengan perbandingan 1:4,” tuturnya.
Dari keduanya, polisi menyita total upal hingga Rp202 juta dengan pecahan Rp50.000 maupun Rp100.000 dan sejumlah alat produksi upal.
Akibat ulahnya, keduanya terancam dengan pasal 244 dan 245 KUHP, dengan ancaman maksimal 15 tahun penjara.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024