Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, mulai menggelar vaksinasi polio secara massal melalui Pekan Imunisasi Nasional (PIN) Polio dengan sasaran 174.237 anak usia 0-7 tahun di daerah setempat.
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengemukakan vaksinasi tersebut amanah dari Menteri Kesehatan RI untuk kembali menggencarkan vaksinasi polio di daerah kasus dan daerah dengan risiko penularan tinggi penyakit lumpuh layu itu.
"Di Banyuwangi sekarang masih zero kasus polio, namun kami harus tetap waspada. Sub PIN Polio ini adalah salah satu upaya antisipasi," kata dia melalui sambungan virtual saat meluncurkan Sub PIN Polio di Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, Senin.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Amir Hidayat menjelaskan imunisasi polio massal dan serentak ini sebagai respons kejadian luar biasa (KLB) kasus lumpuh layuh akut atau acute flaccid paralysis (AFP) yang saat ini terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Pamekasan (Jatim), Klaten (Jateng), dan Aceh.
Di Banyuwangi, kata dia, PIN Polio dilaksanakan dengan pemberian imunisasi polio tetes kepada 174.237 sasaran anak usia 0-7 tahun.
Imunisasi dilakukan dalam dua putaran, yakni putaran satu dilakukan pada 15-20 Januari dan putaran dua pada 19-24 Februari mendatang.
"Vaksinasi diberikan kepada anak usia 0-7 tahun lebih 11 bulan. Masing-masing anak akan divaksin dua kali," kata Amir.
Di Banyuwangi, tempat pelaksanaan PIN dilakukan di semua SD, TK, PAUD, posyandu, puskesmas, RSUD, serta fasilitas layanan kesehatan lainnya.
"Tim vaksinator akan melakukan penyisiran seminggu setelahnya untuk menyisir anak-anak yang belum mendapatkan vaksin," ujar dia.
Ia optimistis vaksin polio (nOPV2) yang bakal diberikan kepada sasaran tersebut aman dan tidak menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang serius.
"Vaksin polio ini aman. KIPI-nya ringan, berlangsung singkat, sembuh dengan atau tanpa pengobatan," kata dia.
Imunisasi polio penting agar anak-anak tidak mengalami lumpuh layu. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan bersifat menular, dan virus akan menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan otot, hingga kematian.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024
Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengemukakan vaksinasi tersebut amanah dari Menteri Kesehatan RI untuk kembali menggencarkan vaksinasi polio di daerah kasus dan daerah dengan risiko penularan tinggi penyakit lumpuh layu itu.
"Di Banyuwangi sekarang masih zero kasus polio, namun kami harus tetap waspada. Sub PIN Polio ini adalah salah satu upaya antisipasi," kata dia melalui sambungan virtual saat meluncurkan Sub PIN Polio di Kelurahan Mojopanggung, Banyuwangi, Senin.
Pelaksana Tugas Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Banyuwangi Amir Hidayat menjelaskan imunisasi polio massal dan serentak ini sebagai respons kejadian luar biasa (KLB) kasus lumpuh layuh akut atau acute flaccid paralysis (AFP) yang saat ini terjadi di beberapa wilayah di Indonesia, seperti Pamekasan (Jatim), Klaten (Jateng), dan Aceh.
Di Banyuwangi, kata dia, PIN Polio dilaksanakan dengan pemberian imunisasi polio tetes kepada 174.237 sasaran anak usia 0-7 tahun.
Imunisasi dilakukan dalam dua putaran, yakni putaran satu dilakukan pada 15-20 Januari dan putaran dua pada 19-24 Februari mendatang.
"Vaksinasi diberikan kepada anak usia 0-7 tahun lebih 11 bulan. Masing-masing anak akan divaksin dua kali," kata Amir.
Di Banyuwangi, tempat pelaksanaan PIN dilakukan di semua SD, TK, PAUD, posyandu, puskesmas, RSUD, serta fasilitas layanan kesehatan lainnya.
"Tim vaksinator akan melakukan penyisiran seminggu setelahnya untuk menyisir anak-anak yang belum mendapatkan vaksin," ujar dia.
Ia optimistis vaksin polio (nOPV2) yang bakal diberikan kepada sasaran tersebut aman dan tidak menimbulkan kejadian ikutan pasca imunisasi (KIPI) yang serius.
"Vaksin polio ini aman. KIPI-nya ringan, berlangsung singkat, sembuh dengan atau tanpa pengobatan," kata dia.
Imunisasi polio penting agar anak-anak tidak mengalami lumpuh layu. Penyakit ini disebabkan oleh virus dan bersifat menular, dan virus akan menyerang sistem saraf sehingga menyebabkan kesulitan bernapas, kelumpuhan otot, hingga kematian.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2024