Bojonegoro - Pemerintah Kabupaten Bojonegoro menargetkan kekeringan yang mengakibatkan warga kesulitan air bersih dapat teratasi pada 2012, dengan dibangunnya sejumlah penampung air "geomembran". "Bojonegoro tidak mungkin bisa menghindar dari kekeringan, namun target kami pada 2012 kesulitan air bersih yang dialami warga harus sudah teratasi dengan dibangunnya penampung air 'geomembran', " kata Bupati Bojonegoro Suyoto, Kamis. Ia menjelaskan pemkab memprogramkan pembangunan penampung air "geomembran" akan direalisasikan di semua wilayah yang rutin mengalami kesulitan air bersih. Bahkan, menurut dia, DPRD juga akan disarankan ikut mendorong pembangunan penampung air "geomembran" melalui program jasmas. Namun, Suyoto belum bisa menyebutkan berapa jumlah kebutuhan penampung air "geomembran" yang akan dibangun untuk mengatasi kekeringan di daerah setempat. Dalam tahap awal, kata dia dibangun dua penampung air "geomembran" di Desa Sumberwungu, Kecamatan Kedungadem, sebagai percontohan. Dijadwalkan, pembangunan penampung air "geomembran" yang membutuhkan dana Rp75 juta itu, dalam sebulan sudah selesai. Selain itu, Dinas Pengairan Provinsi Jawa Timur juga akan membantu lima penampung air "geomembran" di Bojonegoro. Sesuai data teknis, penampung air "geomembran" yang diperkirakan mampu menampung air hujan sekitar 60 ribu meter kubik, memiliki luas 50 X 30 meter dengan kedalaman empat meter. Air dalam tampungan "geomembran" itu mampu mencukupi kebutuhan air bersih 425 jiwa warga selama lima bulan. Sementara itu, menurut Kepala Dinas Pengairan Bojonegoro Bambang Budi Susanto, kebutuhan air bersih itu untuk kebutuhan mandi, minum ternak, tidak untuk kebutuhan pertanian. Sedangkan pemanfaatan air di penampung geomembrane tersebut tetap melalui proses penjernihan dengan teknologi sederhana. "Lokasi mana yang harus dibangun penampung geomembran masih kita petakan," katanya. Suyoto menjelaskan tidak semua daerah yang mengalami kekeringan dibangun penampung geomembran. Alasannya, pola mengatasi kekeringan juga akan dilakukan dengan membangun sumur resapan, biopori dan menyediakan tandon penampung air, di daerah yang tidak memungkinkan dibangun penampung air geomembran. "Caranya dengan memasang tiga tandon air dengan kapasitas 2.000 liter, untuk memudahkan pengiriman air bersih dalam mengatasi kesulitan air bersih yang dialami warga," katanya menjelaskan. Pada musim kemarau 2009, kesulitan air bersih dialami 21.400 kepala keluarga (KK) atau 68.721 jiwa yang tersebar di 67 desa di 16 kecamatan. Sedangkan, pada kemarau 2011 ini, sedikitnya 16.785 kepala keluarga (KK) atau 63.379 jiwa di 49 desa yang tersebar di 17 kecamatan mengalami kesulitan air bersih.(*)

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011