Trenggalek - Tim Satuan Tugas Dinas Peternakan Kabupaten Trenggalek masih melakukan pengumpulan data hasil uji laboratorium ratusan sampel daging kurban yang diambil secara acak dari 14 kecamatan yang ada di daerah tersebut.
Informasi sementara dari Sekretaris Dinas Peternakan Trenggalek, Joko Setiyono, Senin, beberapa sampel daging yang diambil petugas memang ada yang ditengarai mengandung penyakit menular, sehingga tidak layak konsumsi.
Namun, saat dipertegas daerah/lokasi pengambilan sampel daging yang terdeteksi berpenyakit, ia buru-buru berdalih bahwa proses evaluasi atas hasil uji kaboratorium masih berjalan.
"Untuk lebih jelasnya silahkan konfirmasi langsung ke Kabid Keswan (kepala bidang kesehatan hewan), Pak Dwi. Infonya memang ada beberapa kecamatan yang ditemukan (sampel daging bermasalah)," jawab Joko Setiyono melalui telepon.
Namun, saat hal itu diklarifikasi ke Kabid Keswan Dwi Setyadmaji, yang bersangkutan tidak serta-merta membenarkan ataupun membantah informasi adanya sejumlah sampel daging yang ditemukan dalam kondisi tidak laik konsumsi.
Ia mengatakan, secara umum kondisi daging kurban yang telah diteliti tim satgas cukup bagus. Tetapi, Dwi Setyadmaji juga tidak serta-merta membantah bila saat ini telah ada beberapa sampel daging kurban yang ditengarai bermasalah.
"Laporan yang disampaikan petugas kami dari lapangan belum selesai, ini masih dalam proses rekap. Silahkan besok (Selasa, 8/11) saja datang ke kantor untuk lebih jelasnya," jawabnya.
Pengawasan daging kurban di Trenggalek (Minggu, 6/11), sebagaimana konfirmasi dari Disnak setempat, memang sengaja diperketat.
Meski tidak semua titik penyembelihan dilakukan pengawasan, tak kurang dari 50 petugas dikerahkan ke seluruh kecamatan setempat untuk mengawasi kesehatan serta kualitas daging kurban yang dibagikan kepada kaum dhuafa maupun umat Islam lainnya.
Sebagai upaya pengendalian peredaran daging tidak layak konsumsi, Setyadmaji menyatakan konsentrasi pemantauan/pengawasan diutamakan di sekitar Kota Trenggalek serta daerah dataran.
Namun, itupun bukan berarti daerah pegunungan bakal diabaikan. Dokter hewan paling senior di Dinas Peternakan Trenggalek ini menegaskan kawasan pedalaman atau pegunungan juga akan tetap dipantau, hanya intensitas dan volumenya tidak seketat di daerah perkotaan.
"Untuk daerah perkotaan maupun dataran, masing-masing akan kami kerahkan lima orang satgas untuk berbagi tugas melakukan pemantauan di tempat-tempat penyembelihan. Untuk daerah pegunungan, mungkin jumlah (petugas) lebih sedikit karena hewan kurban biasanya paling banyak memang di daerah perkotaan/dataran," jelasnya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011