Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawansa mengajak seluruh petani, penyuluh pertanian lapangan (PPL), dan pemerintah untuk bersama-sama mewujudkan kedaulatan pangan di Indonesia.
"Dengan semangat mewujudkan kedaulatan pangan nasional, mari kita bangun bersama-sama pertanian di Jawa Timur dan Indonesia untuk menjadi lebih baik," kata Khofifah saat mendampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan panen dan tanam padi di Desa Ngadipuro dan Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Kamis.
Menurut Khofifah, Jatim adalah provinsi dengan produksi padi dan beras tertinggi di Indonesia.
Saat ini Jatim mampu menyuplai hampir 80 persen kebutuhan pangan ke 16 provinsi yang ada di Indonesia timur. Secara year-on-year September 2022/2023 Jatim surplus 9,23 persen.
Selain itu, selama empat tahun berturut-turut sejak 2020 sampai dengan 2023 Jatim juga merupakan produsen padi tertinggi di antara seluruh provinsi di Indonesia.
"Berdasarkan angka sementara BPS, tahun 2023 ini Jawa Timur mempertahankan posisinya sebagai penghasil padi terbesar nasional dengan produksi sebesar 9,59 juta ton GKG (gabah kering giling), dan memiliki kontribusi sebesar 17,89 persen terhadap produksi padi nasional. Dan ini sudah empat tahun berturut-turut dari 2020," ujarnya.
Dia mengatakan berbagai capaian provinsi setempat di sektor pertanian adalah buah dari sinergi seluruh tim. Mulai dari petani, gabungan kelompok tani, penyuluh pertanian, pemerintah daerah setempat juga koordinasi dengan Kementerian Pertanian.
"Sinergi luar biasa, PPL-nya luar biasa, sampai bupatinya luar biasa dan tentu PPL yang punya peran untuk bisa melakukan pendampingan dan memberikan guidance kepada para petani kapan percepatan musim tanam," katanya lagi.
Secara khusus Gubernur Khofifah menyampaikan bahwa Kabupaten Tuban memiliki inovasi yang luar biasa terkait uji coba pupuk dengan komposisi pupuk organik lebih maksimal.
Petani di Tuban adalah gambaran petani di Jatim yang tangguh. Ia mengungkapkan bahwa di beberapa titik perbandingan penggunaan pupuk organik dan kimia sudah 4 banding 1.
"Jadi 20 persen saja pupuk kimia, 80 persen sudah pupuk organik, dengan posisi seperti itu produksinya bisa mencapai 9 ton per ha bahkan sempat 12 ton per ha. Itu artinya operasional cost juga berkurang tapi produktivitasnya meningkat," ujarnya lagi.
"Ini keren sekali bisa dijadikan referensi tidak hanya di Kabupaten Tuban, tapi juga di daerah lain di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, Gubernur Khofifah juga menyinggung tentang lelang pascapanen yang dilakukan di lahan panen di Kabupaten Tuban. Menurutnya hal ini akan berdampak positif pada harga gabah kering panen (GKP).
"Menurut saya yang sangat advance adalah lelang pasca panen, jadi GKP itu langsung dilelang dan itu saya saksikan sendiri dua minggu lalu di Rengel, tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian bagaimana lelang GKP di lahan area-area yang dekat dengan lahan panen keren sekali," ucap dia.
Ia juga menambahkan bahwa untuk mengatasi kekeringan perlu dilakukan pemetaan terkait kebutuhan rumah pompa, sehingga bisa mengantisipasi mundurnya masa tanam akibat kekeringan.
Pihaknya telah melakukan diskusi bersama Mentan terkait kebutuhan rumah pompa.
"Jadi bukan hanya pompa air, tapi rumah pompa karena ini sustainability harus lebih terjaga," tutur dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Dengan semangat mewujudkan kedaulatan pangan nasional, mari kita bangun bersama-sama pertanian di Jawa Timur dan Indonesia untuk menjadi lebih baik," kata Khofifah saat mendampingi Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman melakukan panen dan tanam padi di Desa Ngadipuro dan Desa Ngadirejo, Kecamatan Widang, Kabupaten Tuban, Kamis.
Menurut Khofifah, Jatim adalah provinsi dengan produksi padi dan beras tertinggi di Indonesia.
Saat ini Jatim mampu menyuplai hampir 80 persen kebutuhan pangan ke 16 provinsi yang ada di Indonesia timur. Secara year-on-year September 2022/2023 Jatim surplus 9,23 persen.
Selain itu, selama empat tahun berturut-turut sejak 2020 sampai dengan 2023 Jatim juga merupakan produsen padi tertinggi di antara seluruh provinsi di Indonesia.
"Berdasarkan angka sementara BPS, tahun 2023 ini Jawa Timur mempertahankan posisinya sebagai penghasil padi terbesar nasional dengan produksi sebesar 9,59 juta ton GKG (gabah kering giling), dan memiliki kontribusi sebesar 17,89 persen terhadap produksi padi nasional. Dan ini sudah empat tahun berturut-turut dari 2020," ujarnya.
Dia mengatakan berbagai capaian provinsi setempat di sektor pertanian adalah buah dari sinergi seluruh tim. Mulai dari petani, gabungan kelompok tani, penyuluh pertanian, pemerintah daerah setempat juga koordinasi dengan Kementerian Pertanian.
"Sinergi luar biasa, PPL-nya luar biasa, sampai bupatinya luar biasa dan tentu PPL yang punya peran untuk bisa melakukan pendampingan dan memberikan guidance kepada para petani kapan percepatan musim tanam," katanya lagi.
Secara khusus Gubernur Khofifah menyampaikan bahwa Kabupaten Tuban memiliki inovasi yang luar biasa terkait uji coba pupuk dengan komposisi pupuk organik lebih maksimal.
Petani di Tuban adalah gambaran petani di Jatim yang tangguh. Ia mengungkapkan bahwa di beberapa titik perbandingan penggunaan pupuk organik dan kimia sudah 4 banding 1.
"Jadi 20 persen saja pupuk kimia, 80 persen sudah pupuk organik, dengan posisi seperti itu produksinya bisa mencapai 9 ton per ha bahkan sempat 12 ton per ha. Itu artinya operasional cost juga berkurang tapi produktivitasnya meningkat," ujarnya lagi.
"Ini keren sekali bisa dijadikan referensi tidak hanya di Kabupaten Tuban, tapi juga di daerah lain di Indonesia," ujarnya.
Selain itu, Gubernur Khofifah juga menyinggung tentang lelang pascapanen yang dilakukan di lahan panen di Kabupaten Tuban. Menurutnya hal ini akan berdampak positif pada harga gabah kering panen (GKP).
"Menurut saya yang sangat advance adalah lelang pasca panen, jadi GKP itu langsung dilelang dan itu saya saksikan sendiri dua minggu lalu di Rengel, tadi saya sampaikan ke Pak Menteri Pertanian bagaimana lelang GKP di lahan area-area yang dekat dengan lahan panen keren sekali," ucap dia.
Ia juga menambahkan bahwa untuk mengatasi kekeringan perlu dilakukan pemetaan terkait kebutuhan rumah pompa, sehingga bisa mengantisipasi mundurnya masa tanam akibat kekeringan.
Pihaknya telah melakukan diskusi bersama Mentan terkait kebutuhan rumah pompa.
"Jadi bukan hanya pompa air, tapi rumah pompa karena ini sustainability harus lebih terjaga," tutur dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023