Kepala bantuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menyerukan pelaksanaan gencatan senjata kemanusiaan di Gaza untuk mengakhiri aksi "pembantaian" yang sedang berlangsung di daerah kantong Palestina yang terkepung itu.
"Saat aksi pembantaian di Gaza mencapai tingkat kengerian baru setiap hari, dunia terus terkejut ketika rumah sakit diserang, bayi prematur meninggal, dan seluruh penduduk kehilangan sarana dasar untuk bertahan hidup," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffiths dalam sebuah pernyataan.
"Ini tidak bisa dibiarkan berlanjut," kata Griffiths, seraya menambahkan bahwa pihak-pihak yang berperang "harus menghormati hukum kemanusiaan internasional, menyetujui gencatan senjata kemanusiaan dan menghentikan pertempuran."
Sebagai bagian dari rencana 10 langkah yang dia usulkan untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina terbaru, ia mendesak semua pihak "mengizinkan PBB, organisasi kemanusiaan lain, serta entitas sektor publik dan swasta mengakses bahan bakar dalam jumlah cukup untuk menyalurkan bantuan dan menyediakan layanan dasar di Gaza."
Dia juga menekankan bahwa pemberlakuan gencatan senjata kemanusiaan diperlukan agar layanan dasar bisa dimulai kembali dan perdagangan komersial penting dapat dilanjutkan.
"Gencatan senjata semacam itu juga penting untuk memfasilitasi pengiriman bantuan, memungkinkan pembebasan sandera, dan memberikan kelonggaran bagi warga sipil," katanya.
Sebelumnya pada Rabu (15/11), tentara Israel memulai serangan terhadap rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, Al-Shifa, dengan 700 pasien dan ribuan pengungsi di dalamnya. Israel mengakui tindakan tersebut.
Israel mengklaim bahwa anggota kelompok Hamas Palestina menggunakan rumah sakit tersebut sebagai basis, sebuah klaim yang dibantah baik oleh Hamas maupun pejabat rumah sakit.
Meski status RS Al-Shifa sebagai fasilitas umum, fasilitas tersebut dibombardir dengan serangan di dalam dan di sekitarnya, sementara kelangkaan bahan bakar dan pasokan medis karena blokade Israel telah menyulitkan perawatan medis di fasilitas tersebut.
Serangan Israel di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama 40 hari menewaskan sedikitnya 11.320 warga Palestina, termasuk lebih dari 7.800 perempuan dan anak-anak, dengan lebih dari 29.200 orang lainnya luka-luka, menurut angka terbaru dari otoritas Palestina.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat tanpa henti yang dilakukan Israel di daerah kantong yang terkepung itu sejak bulan lalu.
Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel mencapai sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Saat aksi pembantaian di Gaza mencapai tingkat kengerian baru setiap hari, dunia terus terkejut ketika rumah sakit diserang, bayi prematur meninggal, dan seluruh penduduk kehilangan sarana dasar untuk bertahan hidup," kata Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat Martin Griffiths dalam sebuah pernyataan.
"Ini tidak bisa dibiarkan berlanjut," kata Griffiths, seraya menambahkan bahwa pihak-pihak yang berperang "harus menghormati hukum kemanusiaan internasional, menyetujui gencatan senjata kemanusiaan dan menghentikan pertempuran."
Sebagai bagian dari rencana 10 langkah yang dia usulkan untuk menyelesaikan konflik Israel-Palestina terbaru, ia mendesak semua pihak "mengizinkan PBB, organisasi kemanusiaan lain, serta entitas sektor publik dan swasta mengakses bahan bakar dalam jumlah cukup untuk menyalurkan bantuan dan menyediakan layanan dasar di Gaza."
Dia juga menekankan bahwa pemberlakuan gencatan senjata kemanusiaan diperlukan agar layanan dasar bisa dimulai kembali dan perdagangan komersial penting dapat dilanjutkan.
"Gencatan senjata semacam itu juga penting untuk memfasilitasi pengiriman bantuan, memungkinkan pembebasan sandera, dan memberikan kelonggaran bagi warga sipil," katanya.
Sebelumnya pada Rabu (15/11), tentara Israel memulai serangan terhadap rumah sakit terbesar di Jalur Gaza, Al-Shifa, dengan 700 pasien dan ribuan pengungsi di dalamnya. Israel mengakui tindakan tersebut.
Israel mengklaim bahwa anggota kelompok Hamas Palestina menggunakan rumah sakit tersebut sebagai basis, sebuah klaim yang dibantah baik oleh Hamas maupun pejabat rumah sakit.
Meski status RS Al-Shifa sebagai fasilitas umum, fasilitas tersebut dibombardir dengan serangan di dalam dan di sekitarnya, sementara kelangkaan bahan bakar dan pasokan medis karena blokade Israel telah menyulitkan perawatan medis di fasilitas tersebut.
Serangan Israel di Jalur Gaza yang telah berlangsung selama 40 hari menewaskan sedikitnya 11.320 warga Palestina, termasuk lebih dari 7.800 perempuan dan anak-anak, dengan lebih dari 29.200 orang lainnya luka-luka, menurut angka terbaru dari otoritas Palestina.
Ribuan bangunan, termasuk rumah sakit, masjid dan gereja juga rusak atau hancur akibat serangan udara dan darat tanpa henti yang dilakukan Israel di daerah kantong yang terkepung itu sejak bulan lalu.
Sementara itu, jumlah korban tewas di Israel mencapai sekitar 1.200 orang, menurut angka resmi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023