Surabaya - Ketua Umum PBNU Prof KH Said Aqil Siradj mengusulkan peringatan Hari Pahlawan dirayakan di Surabaya, karena Surabaya merupakan Kota Pahlawan dan Pertempuran 10 November 1945 juga di Surabaya. "Saya mendukung (usulan PCNU Surabaya tentang Hari Pahlawan di Surabaya) itu, karena itu akan saya sampaikan usulan itu kepada Presiden," katanya setelah menandatangani prasasti Monumen Resolusi Jihad di Surabaya, Minggu. Ia mengemukakan hal itu setelah menandatangani prasasti resolusi itu di Gedung PCNU Surabaya Jalan Bubutan VI/2 Surabaya yang merupakan lokasi dirumuskannya resolusi jihad fi-sabilillah itu. Di hadapan undangan yang antara lain Kepala Kanwil Kemenag Jatim Drs H Sudjak MAg, Bambang Sulistomo (putra Bung Tomo), dan pelaku sejarah KHA Muchit Muzadi, ia menjelaskan Hari Pahlawan itu ada kaitannya dengan resolusi jihad. "Karena itu, keduanya harus diperingati. Saya juga akan usulkan KH Wahab Chasbullah sebagai pahlawan nasional dan perlunya resolusi jihad dimasukkan dalam buku pelajaran sekolah," katanya dalam acara yang juga dihadiri Ketua Tanfidziah PWNU Jatim KHM Hasan Mutawakkil Alallah itu. Sebelumnya, Rais Syuriah PCNU Surabaya KH Dzulhilmi Ghazalie meminta bantuan PBNU untuk memperjuangkan peringatan Hari Pahlawan dilaksanakan di Kota Surabaya, siapa pun presiden-nya, dan perlunya materi Resolusi Jihad dimasukkan ke dalam buku pelajaran sekolah. Selain itu, PCNU juga mengusulkan Gedung PCNU diakui sebagai Monumen Nasional Resolusi Jihad, sebab Hari Pahlawan itu bersumber dari resolusi yang digagas para ulama atas usulan arek-arek Surabaya yang dipimpin Bung Tomo. "Resolusi Jihad yang difatwakan para ulama itu intinya fatwa hukum melawan penjajah adalah fardhu ain (kewajiban pribadi), tewas melawan penjajah adalah mati syahid, dan mereka yang memecah belah persatuan itu wajib dibunuh," kata kiai Dzulhilmi. Menurut Ketua Umum PBNU KH Said Aqil Siradj, resolusi jihad yang digagas para ulama NU itu tidak dapat disamakan dengan jihad dalam pandangan para teroris. "Jihad itu perjuangan mempertahankan Tanah Air dana agama, karena itu mereka yang berjihad untuk kepentingan agama, bangsa, dan negara itu mati syahid, bahkan kalau menang pun berpahala besar," katanya. Lain halnya dengan teroris yang mengebom orang lain atau bom bunuh diri yang mencelakai diri sendiri. "Kalau menghilangkan nyawa orang lain atau mencelakai diri sendiri itu bukan jihad, karena bukan melawan orang yang mengancam kita. Itu namanya gombal," katanya. Oleh karena itu, ia menyetujui usulan NU Surabaya untuk memperingati Hari Pahlawan di Surabaya dan peringatan itu harus dikaitkan dengan Resolusi Jihad, karena keduanya memang saling berkaitan erat. "Saya kira resolusi jihad juga harus diperingati setiap tahun untuk mengenang sejarah dan perjuangan ulama dalam mempertahankan bangsa, negara, dan agama dari ancaman musuh. Apalagi, Hari Pahlawan 10 November 1945 itu berangkat dari Resolusi Jihad 22 Oktober 1945," katanya. Selain itu, sikap para ulama yang mempertemukan kepentingan agama dengan kepentingan bangsa harus menjadi teladan masyarakat dunia. "Karena sikap para ulama itu, maka Indonesia yang mayoritas Muslim tidak mempersoalkan adanya empat menteri non-Muslim, padahal Amerika yang merupakan pusat demokrasi dunia itu tidak memiliki satu pun menteri Muslim. Dunia justru harus belajar demokrasi kepada Indonesia," katanya. Dalam peresmian prasasti Resolusi Jihad itu, putra Bung Tomo, Bambang Sulistomo, mengaku Gedung PCNU Surabaya bukan gedung sembarangan, karena merupakan gedung PBNU pertama dan gedung yang menjadi tempat perumusan Resolusi Jihad. "Jadi, gedung itu banyak barokah-nya (nilai tambah). Bapak saya (Bung Tomo) bercerita sering singgah ke gedung itu, apakah untuk tidur, berdiskusi, dan meminta dukungan para ulama dalam perjuangan," katanya dalam acara yang juga dimeriahkan dengan pameran 20 foto perjuangan ulama itu. Bahkan, katanya, ayahandanya menyaksikan keikhlasan para ulama untuk bangsa dan negaranya. "Saya kira, nilai-nilai kepahlawan yang sangat penting diteladani dari para ulama adalah pentingnya berjuang dengan ihklas untuk bangsa dan negara atau berbuat untuk orang lain," katanya. (*)

Pewarta:

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011