Pamekasan - Para seniman ludruk di Madura, Jawa Timur, saat pementasan mengkritik praktik penyimpangan bantuan beras bagi masyarakat miskin (raskin) yang sering terjadi di wilayah itu. "Kami memang sudah biasa menyampaikan pesan moral dan kritik sosial untuk perbaikan bangsa ini kepada masyarakat, dimanapun kami pentas," kata Pimpinan Ludruk Rukun Karya, Edy Suharun Keron di Pamekasan, Selasa pagi. Rukun Karya merupakan salah satu kelompok kesenian ludruk asal Desa Tanjung, Kecamatan Saronggi, Kabupaten Sumenep, Madura. Saat pentas dalam acara pagelaran ludruk semalam suntuk di pesisir Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis, Pamekasan, para seniman yang tergabung dalam kelompok kesenian tradisional ini sempat menyinggung praktik penyimpangan raskin yang sering terjadi di Madura. Sentilan praktik penyimpangan bantuan raskin dalam lakon yang diberi judul "mutiara ibu" yang mengisahkan perjalanan hidup Raden Said, putra mahkota bergelar Tumenggung Wilwatikta di Kadipaten Tuban. Ayahandanya yang menjadi penguasa di Kadipaten yang berada di bawah naungan Kerajaan Majapajit, menginginkan agar semua rakyat taat membayar pajak, tanpa memperhatikan alasan apapun. Akan tetapi, Raden Said yang dalam sejarah penyebaran agama Islam di Jawa kemudian dikenal dengan nama Sunan Kalijaga, tidak terima dengan kebijakan kaku ayahnya, apalagi hingga menghukum gantung rakyatnya sendiri. "Jika ayahanda menghukum rakyat karena tidak mampu membayar pajak, itu sama halnya dengan menunjukkan kepada kadipaten dan kerajaan lain bahwa ayahanda adalah Adipati yang kejam. Sedangkan bantuan kepada rakyat seperti raskin, hanya sebagian saja yang dicairkan," ucap Raden Said dalam lakon ludruk itu. Kasi Pembinaan Seni dan Nilai-nilai Sejarah Dinas Pemuda Olah Raga dan Kebudayaan (Disporabud) Pamekasan, Halifaturrahman mengatakan, sebenarnya seni tidak hanya sebagai hiburan bagi masyarakat, akan tetapi juga bisa dijadikan media untuk menyampaikan pesan moral. Bahkan, menurut Halifaturrahman, pesan moral dan sosialisasi melalui pementasan seni, jauh lebih efektif daripada sosialisasi berbentuk dialog dan seminar. "Soalnya masyarakat kan bisa menyerap dengan ceria pesan moral yang disampaikan saat mereka pentas," tuturnya, menjelaskan. Oleh sebab itu, sambung dia, banyak institusi pemerintah, termasuk di Pamekasan yang menjadikan media kesenian sebagai alat sosialisasi kepada masyarakat.*

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011