Lumajang - Kebakaran hutan lindung seluas empat hektare di lereng Gunung Lamongan (1.668 meter dari permukaan laut) di Kabupaten Lumajang, berhasil dipadamkan pada Jumat sore. "Alhamdulillah sejumlah titik api berhasil dipadamkan dengan cara memukul-mukulkan tanaman atau kayu ke kobaran api (gebyok)," kata Asisten Perhutani Badan Kesatuan Pemangku Hutan (BKPH) Klakah Lumajang, Rifa'i, saat dihubungi ANTARA. Hutan lindung milik Perhutani di petak 12 wilayah BKPH Klakah yang berada di lereng Gunung Lamongan, Kabupaten Lumajang, terbakar seluas 4 hektare. Menurut Rifai, kobaran api di sejumlah titik membakar rumput ilalang kering yang berada di kawasan hutan lindung dan tidak ada tanaman keras yang ikut terbakar dalam kejadian tersebut. "Selain digebyok, upaya pemadaman api di lereng Gunung Lamongan juga dilakukan dengan membuat ilaran atau sekat bakar seluas 5 ha, agar api tidak semakin meluas," katanya menjelaskan. Ia mengemukakan, kawasan yang terbakar adalah rumput ilalang dan tidak ada kayu di hutan lindung yang terbakar akibat insiden itu, namun kebakaran hutan tetap merusak ekosistem alam di lereng gunung yang memiliki ketinggian 1.668 mdpl itu. "Luas hutan lindung di lereng Gunung Lamongan mencapai 1.900 ha dan kawasan hutan yang ditumbuhi rumput ilalang itu mudah terbakar pada saat kemarau panjang," paparnya. Ia menduga kebakaran tersebut disebabkan faktor alam karena di sekitar lokasi tidak ditemukan bekas seseorang yang membuat api atau puntung rokok yang mudah membakar ilalang di hutan pada saat kemarau. "Kemungkinan penyebab kebakaran adalah gesekan batu yang jatuh dari atas dan membuat percikan api di sekitar lokasi kebakaran hutan lindung di petak 12," katanya. Secara terpisah, relawan peduli lingkungan di Gunung Lamongan "Laskar Hijau", Sumaji, mengatakan api berhasil dipadamkan oleh koordinator Laskar Hijau di daerah setempat, Pak Ju Sugianto, dengan alat seadanya dan menggunakan cara gebyok. "Kebakaran terlihat jelas dari kawasan Ranu Klakah karena asap dan kobaran api cukup tinggi, bahkan jumlah titik api meningkat dari tiga titik menjadi delapan titik api di kawasan hutan lindung Perhutani itu," katanya. Menurut dia, biasanya penyebab kebakaran hutan yang sering terjadi di Indonesia lebih banyak disebabkan faktor manusia (human error) sebanyak 95 persen dan kemungkinan kecil disebabkan faktor alam. (*)

Pewarta:

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011