Dinas Pendidikan Kota Surabaya menekankan guru dan kepala sekolah di Kota Pahlawan, Jawa Timur, untuk melakukan improvisasi dengan menerapkan metode "outing class" atau belajar mengajar di luar ruangan kelas.
"Teman-teman guru, kepala sekolah perlu 'outing class' di lapangan, nanti bisa improvisasi menyampaikan ke anak-anak. Mungkin improvisasi dari tanaman, nalar kritisnya bagaimana. Juga pinggir sungai itu arusnya bagaimana," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh dalam keterangannya di Surabaya, Minggu.
Yusuf menyatakan, improvisasi itu bisa muncul apabila para guru tidak hanya berada di dalam ruang kelas. Hal ini lanjut dia, juga linier dengan kurikulum Merdeka Belajar bagaimana menerapkan metode pembelajaran di lapangan.
"Jadi ini juga bagian dari Kurikulum Merdeka. Jadi anak nanti itu bagaimana melakukan, melaksanakan dan mengalami. Kalau itu sudah, maka akan bernalar kritis dan di situ muncul kreatifitas. Kalau kreativitas tidak mampu sendiri, ada gotong-royong," ujarnya.
Koordinator Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Kota Surabaya Erwin Darmogo menambahkan, semangat dari kurikulum merdeka sendiri bagaimana proses pembelajaran itu bisa dilakukan di mana saja.
Seperti halnya kegiatan senam sehat yang kerap diikuti kepala sekolah, guru dan siswa di akhir pekan di tempat-tempat wisata salah satunya di kawasan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Surabaya.
"Nilai plusnya kegiatan senam yang dikemas dengan santai sekaligus juga mengenalkan salah satu wisata Surabaya yang baru. Dimana anak-anak bisa belajar tentang potensi wisata di Surabaya, kemudian bisa belajar tentang tanaman," kata Erwin.
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya mendukung penuh metode pembelajaran "outing class" di Kota Surabaya. Menurut dia, paling tidak kegiatan seperti ini juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi para guru.
"Untuk bisa memodifikasi pembelajarannya dengan pembelajaran berdasarkan potensi yang ada kekhasan di suatu daerah, khususnya Kota Surabaya. Jadi, MKKS sangat mendukung sekali," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Teman-teman guru, kepala sekolah perlu 'outing class' di lapangan, nanti bisa improvisasi menyampaikan ke anak-anak. Mungkin improvisasi dari tanaman, nalar kritisnya bagaimana. Juga pinggir sungai itu arusnya bagaimana," kata Kepala Dinas Pendidikan (Dispendik) Kota Surabaya Yusuf Masruh dalam keterangannya di Surabaya, Minggu.
Yusuf menyatakan, improvisasi itu bisa muncul apabila para guru tidak hanya berada di dalam ruang kelas. Hal ini lanjut dia, juga linier dengan kurikulum Merdeka Belajar bagaimana menerapkan metode pembelajaran di lapangan.
"Jadi ini juga bagian dari Kurikulum Merdeka. Jadi anak nanti itu bagaimana melakukan, melaksanakan dan mengalami. Kalau itu sudah, maka akan bernalar kritis dan di situ muncul kreatifitas. Kalau kreativitas tidak mampu sendiri, ada gotong-royong," ujarnya.
Koordinator Musyawarah Kerja Kepala Sekolah (MKKS) SMP Swasta Kota Surabaya Erwin Darmogo menambahkan, semangat dari kurikulum merdeka sendiri bagaimana proses pembelajaran itu bisa dilakukan di mana saja.
Seperti halnya kegiatan senam sehat yang kerap diikuti kepala sekolah, guru dan siswa di akhir pekan di tempat-tempat wisata salah satunya di kawasan Kebun Raya Mangrove Gunung Anyar Surabaya.
"Nilai plusnya kegiatan senam yang dikemas dengan santai sekaligus juga mengenalkan salah satu wisata Surabaya yang baru. Dimana anak-anak bisa belajar tentang potensi wisata di Surabaya, kemudian bisa belajar tentang tanaman," kata Erwin.
Oleh sebab itu, kata dia, pihaknya mendukung penuh metode pembelajaran "outing class" di Kota Surabaya. Menurut dia, paling tidak kegiatan seperti ini juga dapat menjadi sumber inspirasi bagi para guru.
"Untuk bisa memodifikasi pembelajarannya dengan pembelajaran berdasarkan potensi yang ada kekhasan di suatu daerah, khususnya Kota Surabaya. Jadi, MKKS sangat mendukung sekali," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023