Mojokerto - Co pilot pesawat Cassa 212-200 milik maskapai PT Nusantara Buana Air, Letnan Kolonel Budiono, yang jatuh di hutan Bahorok, Sumatera Utara, dikenal pendiam.
Salah seorang kerabat korban, Masluka, Senin mengatakan korban tidak banyak omong jika tidak diajak bicara.
"Korban merupakan anak ke empat dari lima bersaudara. Dia itu pendiam, tidak banyak bicara. Kalau tidak diajak bicara dulu, tidak akan bicara," katanya.
Ia mengemukakan, korban juga dikenal kalem serta tidak banyak bertingkah dan tidak banyak bicara.
"Sebelum musibah terjadi, pihak keluarga mengaku tidak mendapatkan firasat apapun terkait kejadian kecelakaan maut tersebut," katanya.
Ia mengatakan, pada lebaran beberapa waktu lalu merupakan, pertemuan terakhirnya dengan sang adik karena korban selama ini tinggal di Kramat Jati, Jakarta Timur bersama istri dan tiga orang putrinya.
"Kami memang jarang bertemu, karena dia tinggal bersama keluarganya di Jakarta. Dalam satu tahun, tidak setiap tahun dia dan keluarganya datang ke Mojokerto," katanya.
Dalam pemakaman di tempat pemakaman umum (TPU) Losari, Kecamatan Gedeg, Kabupaten Mojokerto, dilakukan secara militer dengan dipimpin langsung Letkol CPN Eko Priyanto.
Dalam upacara militer pelepasan jenazah dijelaskan jika korban anak keempat dari lima bersaudara.
Suami Farida Harum lahir di Mojokerto pada 30 November 1962 dari pasangan Alm Minto dan Alhm Marwiyo.
Korban meninggalkan satu orang istri dan tiga orang putri masing-masing, Vivi siswi kelas III SMA, Dena siswa III SMP dan putri bungsunya, Rani yang masih berusia 4 tahun. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011