Even "Surabaya Cross Culture International Folk Art Festival" (SCCIFAF) 2023 atau Parade Deville yang digelar di Kota Pahlawan pada 16-20 Juli 2023 menyatukan budaya delapan negara dan sembilan daerah Indonesia. 

Antusiasme warga Kota Surabaya begitu tinggi untuk menyaksikan budaya-budaya yang dibawa oleh para peserta. Terbukti pada saat pembukaan acara, warga berbondong-bondong memadati Jalan Tunjungan hingga ke halaman Balai Kota Surabaya.

Selain itu, para peserta dari berbagai negara dan daerah di Indonesia juga berlomba-lomba untuk ambil bagian dalam even tersebut. Bahkan, di antara mereka sudah meminta kepada Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya untuk dilibatkan lagi di tahun depan. 

Pada saat pembukaan, para peserta ini jalan kaki dari Jalan Tunjungan Surabaya hingga ke depan Hotel Tunjungan. Di depan hotel bersejarah itu, satu per satu peserta menunjukkan aksinya dalam menari dan menunjukkan kebudayaannya. 

Beragam budaya itu seakan menyatu dalam acara SCCIFAF 2023. Setelah tampil, peserta naik becak hias ke halaman Balai Kota Surabaya yang saat itu digelar Festival Remo dan Yosakoi.

Festival ini digelar untuk merayakan 25 tahun hubungan kerja sama sister city antara Kota Surabaya dengan Kota Kochi Jepang. Bahkan, pada saat itu Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi bersama jajarannya dan juga Wali Kota Kochi Jepang Seiya Okazaki bersama jajarannya sempat audiensi dengan Wali Kota demi memperkuat kerja sama di bidang budaya dan ekonomi. 

Pada kesempatan itu, Wali Kota Eri bersyukur karena SCCIFAF 2023 berlangsung dengan meriah dan sangat luar biasa. Bahkan, ia memastikan sejumlah negara ikut memeriahkan acara tersebut. 

"Ada delapan negara dan sembilan daerah di Indonesia yang memeriahkan acara yang sangat luar biasa ini," kata Wali Kota Eri. 

Delapan negara itu meliputi Yunani, India, Korea Selatan, Mexico, Filipina, Sri Lanka, Uzbekistan dan Prancis. Sedangkan, sembilan daerah di Indonesia itu adalah Pangkal Pinang (Bangka Belitung), Mengwi (Bali), Kendari (Sulawesi Tenggara), Flores (NTT), DKI Jakarta, Banjarmasin (Kalimantan Barat), Bone (Sulawesi Selatan), Polewali Mandar (Sulawesi Barat), Kota Surabaya dan Mojokerto (Jawa Timur).

Menurut Eri, negara bisa disatukan dengan budaya, karena kekuatan budaya itu bisa menanggalkan kekuatan antar negara dan antarkota sehingga semangat cross culture inilah yang terus dia terapkan di Surabaya dalam menjalankan roda kepemimpinannya. 

"Di Surabaya tidak ada yang lebih kuat antara satu dinas dengan dinas lainnya, tidak ada wali kota yang lebih hebat dari dinasnya," katanya. 

Oleh karena itu, dengan adanya Surabaya Cross Culture ini budaya-budaya bisa dikumpulkan dan bisa menghargai budaya yang satu dengan yang lainnya. "Jadi, budaya itu menyatukan dua kubu yang berbeda," ucapnya. 

Ia juga menegaskan, bahwa cross culture itulah yang diadopsi untuk membangun Kota Surabaya dengan rasa guyub rukunnya dan gotong royongnya.

"Sebenarnya, mulai saya menjabat Wali Kota Surabaya, saya membangun Surabaya dengan budaya, dan budaya-budaya ini akan terus kita kembangkan setiap tahunnya, karena acara ini akan kita gelar setiap tahun," ujarnya. 

Kepala Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Surabaya Wiwiek Widayati mengatakan kegiatan ini bisa memberikan interaksi dari satu negara dengan negara lainnya dan antara satu daerah dengan daerah lainnya di Indonesia. 

"Kami mengambil peran besar. Surabaya ingin menjadi salah satu kota di Indonesia yang memperkenalkan culture, makanan, seni dan budaya kita. Menyuguhkan aktivitas mereka. Bisa interaksi memberikan informasi tentang makanan mereka. Ada interaksi satu negara dan negara lain," kata Wiwiek.

Ia juga memastikan bahwa serangkaian SCCIFAF 2023 baru saja dimulai. Pasalnya, even internasional ini akan terus berlanjut hingga 20 Juli mendatang.

Selain itu akan ada city tour ke beberapa tempat di Surabaya, workshop seni bagi masyarakat, dan akan ditutup dengan Culture Night di Halaman Balai Kota Surabaya.

Para peserta yang mengikuti acara tersebut sangat antusias. dan menyampaikan terimakasih kepada Pemkot Surabaya karena menggelar kembali acara ini dan berharap di tahun-tahun berikutnya bisa kembali mengikuti acara serupa.

"Kenapa ikut? karena organisasi yang baik, bagus di Surabaya. Festival ini cocok dengan organisasi kami. Terima kasih semua organisasi, Pemkot Surabaya. Harapannya, selanjutnya kami bisa mengikuti Cross Culture," kata Leader of Nurafshon Group dari Uzbekistan, Mamlakat Ulasheva.

Korean Team Leader, Kang Shin Koo, juga berterima kasih kepada Pemkot Surabaya karena telah mengundang Korea sebagai delegasi dan ingin berpartisipasi di setiap Cross Culture. 

"Saya merasa nyaman di Surabaya, karena sangat ramah lingkungan dan dekat dengan alam. Dari Korea ingin partisipasi di Cross Culture. Kami melakukan berbagai usaha agar bisa ikut. Senang akhirnya bisa bertemu pemkot, delegasi Indonesia dan negara lain. Saya berharap tahun depan bisa ikut lagi," katanya.

Begitu pula yang diungkapkan Oston Gadi Kapo, Koordinator Komunitas Rumah Kreasi Teater Mata Flores Ende NTT. Ini merupakan kali pertama mengikuti Cross Culture di Surabaya dan ingin diundang kembali di tahun berikutnya.

Oston mengucapkan terima kasih kepada Pemkot Surabaya karena sudah mengajaknya. Selaku orang yang berasal dari Indonesia Timur, lanjut dia, pihaknya ingin berbagi cerita budaya dan semua yang ada di diri kami. 

"Kami ingin orang datang ke Flores. Kami tidak bisa menunggu, kami juga menunjukkan keunikan dan kebaikan ke daerah lain supaya banyak yang datang ke Flores, tidak hanya warga Indonesia tapi juga luar negeri. Saya berharap di tahun berikutnya, kami jangan ditinggalkan, berikanlah kami kesempatan lagi," katanya. (Adv)

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023