Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanuan (DKPP) Kota Madiun mewaspadai penularan virus antraks dengan memperketat lalu lintas penjualan hewan ternak sapi yang masuk ke wilayahnya.
Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Madiun Wahyu Niken Febrianti, Rabu, mengatakan kewaspadaan itu menindaklanjuti temuan kasus penyakit antraks di Gunung Kidul dan suspek antraks di Pacitan.
"Saat ini, memang belum ada temuan. Namun, semua lalu lintas penjualan sapi terus kami pantau dan dilakukan penyekatan di perbatasan daerah," katanya.
Meskipun nihil kasus di Madiun, namun timnya tetap intensif melakukan pengawasan terhadap penyebaran virus tersebut.
Pihaknya juga telah mengerahkan petugas kesehatan hewan (keswan) untuk melakukan kroscek sekaligus penyekatan. Selain itu, pihaknya meminta kepada peternak baru wajib lapor dan hewan ternaknya dilakukan pemeriksaan.
"Pengecekan terutama dari postur sapi itu sendiri. Kemudian, pengecekan visual apakah keluar cairan dari lubang hidung, mata, dan anus sapi," ucapnya.
Ia menjelaskan Kota Madiun memang bukan wilayah endemi antraks. Artinya beberapa tahun terakhir nihil temuan kasus. Meski begitu, pihaknya berharap peternak tetap proaktif melapor jika ada sapi mereka yang mati mendadak.
"Antraks itu penyakit 'zoonosis'. Sehingga, bisa menular ke manusia dengan mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi. Jadi, cukup berbahaya jika menular ke manusia," ujar dia.
Selain antraks, timnya juga mewaspadai penularan virus lain, seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) serta LSD.
Pencegahan salah satunya dilakukan dengan menuntaskan pemberian vaksin PMK pada ternak sapi dan kambing.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Kepala Bidang Pertanian DKPP Kota Madiun Wahyu Niken Febrianti, Rabu, mengatakan kewaspadaan itu menindaklanjuti temuan kasus penyakit antraks di Gunung Kidul dan suspek antraks di Pacitan.
"Saat ini, memang belum ada temuan. Namun, semua lalu lintas penjualan sapi terus kami pantau dan dilakukan penyekatan di perbatasan daerah," katanya.
Meskipun nihil kasus di Madiun, namun timnya tetap intensif melakukan pengawasan terhadap penyebaran virus tersebut.
Pihaknya juga telah mengerahkan petugas kesehatan hewan (keswan) untuk melakukan kroscek sekaligus penyekatan. Selain itu, pihaknya meminta kepada peternak baru wajib lapor dan hewan ternaknya dilakukan pemeriksaan.
"Pengecekan terutama dari postur sapi itu sendiri. Kemudian, pengecekan visual apakah keluar cairan dari lubang hidung, mata, dan anus sapi," ucapnya.
Ia menjelaskan Kota Madiun memang bukan wilayah endemi antraks. Artinya beberapa tahun terakhir nihil temuan kasus. Meski begitu, pihaknya berharap peternak tetap proaktif melapor jika ada sapi mereka yang mati mendadak.
"Antraks itu penyakit 'zoonosis'. Sehingga, bisa menular ke manusia dengan mengonsumsi daging sapi yang terinfeksi. Jadi, cukup berbahaya jika menular ke manusia," ujar dia.
Selain antraks, timnya juga mewaspadai penularan virus lain, seperti penyakit mulut dan kuku (PMK) serta LSD.
Pencegahan salah satunya dilakukan dengan menuntaskan pemberian vaksin PMK pada ternak sapi dan kambing.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023