Pemerintah Kota Surabaya membentuk skema menghubungkan antara "bank sampah" tingkat kelurahan hingga kota, sebagai upaya memaksimalkan potensi nilai ekonomi dari sampah nonorganik.

Wali Kota Surabaya Eri Cahyadi menyatakan sudah mempersiapkan lahan untuk "bank sampah induk" atau tingkat kota di kantor Dinas Lingkungan Hidup (DLH) setempat.

"Sudah ada lahannya di DLH Surabaya," kata Eri di Balai Pemuda Surabaya, Senin.

Cak Eri, sapaan akrabnyam, menyebut sampah yang didapatkan dari bank sampah tingkat kelurahan akan dibeli oleh pihak "bank sampah induk"

"Jadi ada sirkulasi ekonominya karena sampah menghasilkan ekonomi yang besar," ujarnya.

Sementara itu, Kepala DLH Kota Surabaya Agus Hebi Djuniantoro mengatakan operasional "bank sampah induk" yang akan diserahkan kepada pihak ketiga.

Gambaran awal operasionalnya, "bank sampah induk" akan membeli sampah yang terkumpul dari fasilitas di tingkat kelurahan, seperti botol, gelas, kantong plasti, dan bungkus produk kemasan saset.

Sampah-sampah yang sudah terkumpul akan dilakukan pencatatan oleh pihak "bank sampah induk".

Pihak DLH Kota Surabaya juga akan menjadi jembatan untuk menghubungkan antara pengelola "bank sampah induk" dengan pabrik pengolahan guna menentukan harga sampah non organik.

"Jadi harga sampah tidak terlalu jauh dan tidak terlalu tinggi, kami fasilitasi ke pabrik kertas dan pabrik plastik," ucapnya.

Hebi juga menyebut saat ini terdapat "bank sampah induk" di Kota Surabaya, namun di lokasi tersebut dirasa kurang memadai. Oleh karenanya, Pemkot Surabaya akan membuka fasilitas serupa yang ditempatkan di lingkungan kantor DLH.

"Di Ngagel Timur itu ada bank sampah induk, cuma tempatnya kurang representatif jadi sekalian ditata," ujarnya.

Hingga saat ini terdapat 600 "bank sampah" di wilayah setempat, mulai tingkat RW, kelurahan, lingkungan sekolah, hingga lingkup perkantoran. Rata-rata jumlah sampah yang terkumpul per harinya sebesar dua ton.

"Produktivitasnya belum optimal, per harinya dua ton dari 600 bank sampah, karena mereka penghasil bukan pemulung," ujarnya.

Dia merasa optimis keberadaan "bank sampah induk" bisa memaksimalkan pengurangan volume sampah plastik dari dua ton menjadi lima ton setiap harinya.

Langkah tersebut juga untuk mendukung jalannya Perda Nomor 16 Tahun 2022 tentang Pengurangan Kantong Plastik di Kota Surabaya.

"Sekarang pengurangan sampah plastik dua ton, kalau berkurang lima ton sudah bagus," kata Hebi.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023