Bojonegoro - Aat Tri Laksono (16), korban yang tenggelam di perairan Bengawan Solo di Kelurahan Klangon, Kecamatan Kota, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), Rabu (7/9), akhirnya ditemukan di sekitar lokasi kejadian.
"Tim SAR gabungan menemukan korban di sekitar lokasi kejadian, enam jam setelah kejadian," kata Kasi Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro, Sutardjo, Kamis.
Korban, yang warga Kelurahan Klangon itu, tenggelam ketika bermain-main mandi di perairan Bengawan Solo, di wilayah setempat, Rabu (7/9) sekitar pukul 17.00 WIB. Salah satu teman korban yaitu, Rahma Fadli Elihanda (19), yang juga ikut berenang, gagal menyelamatkan korban yang tenggelam di tengah-tengah sungai terpanjang di Jawa itu.
Ia menjelaskan, Tim SAR gabungan Brimob Polda Jatim, BPBD, jajaran Kepolisian Resor (Polres), dengan dibantu masyarakat menemukan korban, Aat Tri Laksono, di sekitar lokasi kejadian dengan cara dijangkar.
"Setelah menjalani visum korban langsung diserahkan keluarganya," katanya menambahkan.
Sementara itu, Kepala BPBD Bojonegoro, Kasiyanto menjelaskan, bagi korban tewas tenggelam, mendapatkan santuan sebesar Rp2 juta yang diserahkan kepada keluarga korban.
Dalam sepekan ini, lanjutnya, ada tiga korban tenggelam di perairan Bengawan Solo yang masih dalam proses mendapatkan santunan masing-masing Rp2 juta/jiwa. Korban lainnya yaitu, Dwi P (15), warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Trucuk, Senin (4/9), tenggelam di perairan Bengawan Solo di desa setempat.
Ia, bersama dengan empat remaja lainnya, juga warga Desa Tulungrejo, Kecamatan Trucuk, menaiki perahu "tembo" yang terbalik dan mengakibatkan kelima remaja itu, masuk Bengawan Solo.
Dalam kejadian itu, Dwi P tenggelam, sedangkan empat penumpang perahu tembo lannya berhasil menyelamatkan diri dengan berenang. Menyusul setelah itu, Achmad Fatoni (8), warga Desa Payaman, Kecamatan Ngraho, Selasa (5/9) sekitar pukul 13.00 WIB juga tewas tenggelam ketika sedang mandi di Bengawan Solo di desa setempat.
Kasiyanto menilai, penyebab kejadian tewas tenggelam, yang selama ini terjadi karena faktor kelalaian manusia. Meskipun musim kemarau, sungai terpanjang di wilayah Bojonegoro tersebut, tetap berbahaya, karena di sejumlah lokasi masih cukup dalam.
"Kami menghimbau warga tidak mengangap remeh Bengawan Solo, meskipun musim kemarau," katanya mnenegaskan.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011