Kediri - Kekeringan yang melanda di Kabupaten Kediri, Jawa Timur, semakin meluas dari sebelumnya yang semula hanya satu kecamatan di Ngancar, tapi saat ini enam kecamatan. Pelaksana Tugas Kepala Sub Bagian Hubungan Masyarakat Kabupaten Kediri, Edhi Purwanto, Rabu, mengemukakan enam kecamatan yang masuk daerah rawan kekeringan itu adalah Tarokan, Banyakan, Grogol, Semen, Mojo, serta Kepung. "Secara geografis, di daerah itu memang terletak di dataran tinggi, jadi sulit untuk mendapatkan air," katanya mengungkapkan penyebab kekeringan itu. Ia mengatakan, kekeringan itu bukan hanya membuat masyarakat kesulitan mendapatkan air untuk dikonsumsi melainkan juga untuk keperluan pertanian. Praktis, jika untuk pertanian, warga menanam tanaman yang tidak memerlukan banyak air, seperti ketela pohon, dan sejumlah tanaman lainnya. Hingga kini, jumlah penghuni di lokasi tersebut masih cukup besar. Ada lebih dari 2.477 kepala keluarga (KK) yang menghuni di lokasi tersebut yang mengalami kesulitan untuk mendapatkan air bersih. Bahkan, tidak jarang mereka harus membeli air ketika pasokan berhenti sementara waktu akibat masalah teknis, seperti adanya kerusakan pipa. Menurut Edhi, sebenarnya pihaknya juga sudah berupaya dengan beberapa cara alternatif agar warga bisa mendapatkan air, di antaranya dengan membantu membuat sumur, bahkan tingkat kedalaman untuk membuat sumur itu bisa mencapai 200-500 meter. "Kami bantu buatkan sumur di sekitar pemukiman warga, bahkan ada yang kedalaman hingga 500 meter, tapi memang tidak semua lokasi air bisa keluar, jadinya memang terbatas," katanya. Selain berupaya membuat sumur, pihaknya juga membuat tandon untuk menampung air. Dari enam kecamatan yang kekeringan itu, saat ini masih ada sekitar 44 tandon penampungan air. Tandon itu tersebar di Kecamatan Tarokan, di antaranya di Dusun Sukorejo, Desa Tarokan dan Dusun Gunung Butak, Desa Bulusari. Di Kecamatan Mojo, wilayah yang kekeringan tersebar di Dusun Puhpluang, Dusun Beruk, Desa Ngetrep, Dusun Dusun Setonoundung yang masuk Desa Ngadi, Desa Kranding, Desa Ponggok, dan sejumlah desa lainnya. Untuk di Kecamatan Kepung, di antaranya ada di Dusun Sekuning, Jabon, Kenteng Barat, Desa Besowo, Desa Kebonrejo, dan beberapa daerah lainnya. "Untuk tahun 2011, rencana tambahan ada sekitar 15 persen dari seluruh tandon yang ada. Kami harapkan, itu bisa membantu warga, agar mereka bisa menampung air untuk keperluan sehari-hari," ucap Edhi. Pihaknya juga siap berkoordinasi dengan Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) jika diperlukan pengiriman air bersih. Namun, untuk waktu dan lokasinya, pihaknya tetap akan menyerahkan kepada PDAM serta perangkat desa setempat, setelah sebelumnya berkoordinasi dengan pemerintah kecamatan dan daerah. "Kami tentunya akan berkoordinasi dengan PDAM jika ada permintaan untuk pengiriman air bersih," katanya. Sementara itu, Kepala PDAM Kabupaten Kediri, Hendro Yusianto, mengatakan pengiriman air saat ini sudah mulai dilakukan PDAM atas permintaan pemerintah daerah. Namun, ia menyebut, jumlah pengiriman masih minim, hanya 1-2 kali sehari, karena untuk saat ini masih belum puncak kemarau hingga di beberapa daerah, termasuk di dataran tinggi air bersih masih bisa didapat. "Kalau pengiriman saat ini, di lokasi-lokasi yang memang memerlukan air, seperti di Puncu dan Ngancar, kami kirimkan 1-2 tangki dengan ukuran 5.000 liter setiap hari," ucapnya. Pihaknya memperkirakan, puncak kemarau akan terjadi mulai Oktober 2010. Di masa-masa itu, permintaan akan air bersih akan meningkat antara 6-10 kali per hari. Ia juga menyebut, armada yang disiapkan untuk pengiriman air saat ini masih mencukupi. PDAM Kabupaten Kediri mempunyai lima kendaraan yang siap diturunkan untuk pengiriman air bersih ke lokasi-lokasi rawan kekeringan. "Kami belum berencana menambah jumlah armada angkutan. Yang kami punya saat ini masih mencukupi, hingga belum ada niatan untuk menambah lagi," ucapnya. Selain kegiatan sosial, seperti pengiriman air yang memang dilakukan atas permintaan pemerintah, ia juga menyebut, juga melayani pengiriman air secara komersial atau atas permintaan warga. Namun, upah untuk ganti transportasi juga lebih mahal, yaitu Rp200 ribu untuk tangki ukuran 3.000 liter, sementara jika sosial hanya Rp148 ribu per 5.000 liter. Untuk yang sosial, ia menyebut akan diklaimkan kepada pemerintah. Sebelumnya, puluhan warga Dusun Anggoboyo, Desa Babadan, Kecamatan Ngancar, Kabupaten Kediri, Jawa Timur, terpaksa membeli air bersih, karena sudah satu pekan pasokan air berhenti. Warga tidak mempunyai pilihan lain, karena sangat membutuhkan air, apalagi warga juga belum mendapatkan bantuan kiriman air dari pemerintah, hingga hanya mengandalkan pasokan air hasil membeli.

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011