Bojonegoro - Petani kedelai di sejumlah desa di Kecamatan Balen, Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur, pekan ini, mulai panen kedelai dengan harga Rp5.100/kilogram pipilan kering. "Harga kedelai panenan baru, setelah setelah diproses Rp5.100/kg," kata seorang petani Desa Balen, Kecamatan Balen, Ny Murtini (65), ketika mamanen kedelainya di sawahnya, Minggu. Dengan sejumlah tenaga kerjanya, Ny Murtini menjelaskan, harga kedelai tersebut tergolong bagus, bahkan dua hari yang lalu harganya Rp5.000/kg. Panen kedelai yang baru berlangsung selain di Desa Balen, juga di Desa Suwaloh, dan Prambatan, juga di Kecamatan Balen. "Di desa kami yang panen kedelai belum banyak, baru beberapa petani," kata Murtini yang mengaku menanam 3 hektare tanaman kedelai. Secara terpisah, Kepala Desa Balen, Kecamatan Balen, Sarif Usman menyatakan, bagi petani di desanya tanaman kedelai merupakan tanaman alternatif sebagai pengganti tanaman tembakau. Itu, lanjutnya, sudah dilakukan para petani setempat sejak beberapa tahun, setelah melihat menanam tembakau sering menimbulkan masalah. Dengan menanam kedelai hasilnya jelas, lebih aman dibandingkan menanam tembakau yang harus menghadapi berbagai permasalahan. "Hampir semua petani di desa kami menanam kedelai, bahkan di kedelai ditanam petani secara merata di Kecamatan Balen," jelasnya. Secara terpisah, Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Bojonegoro, Subekti menyatakan, tanaman kedelai di Bojonegoro luasnya mencapai 44.000 hektare dan panen secara menyeluruh awal September ini. Luas areal tanaman kedelai tersebut, meningkat sekitar 40 persen dibandingkan luas areal tanaman kedelai musim kemarau lalu. "Meski luas tanaman meningkat, kami optimistis produksi kedelai Bojonegoro bisa terserap semua dengan harga yang memadai," tuturnya. Itupun, lanjutnya, produksinya untuk mencukupi kebutuhan lokal Bojonegoro. Seperti untuk kebutuhan industri tahu dan tempe yang ada di wilayah setempat. Alasannya, selama ini produksi industri tahu dan tempe di Bojonegoro selalu dipasok kedelai impor.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011