Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana Kota Surabaya menilai kegiatan sosialisasi dinamika remaja (sosdir) mampu mengarahkan generasi muda menuju perubahan positif.

Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan, dan Perlindungan Anak, serta Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3APPKB) Kota Surabaya Ida Widayati di Surabaya, Kamis, mengatakan kegiatan sosdir tersebut dimulai sejak tanggal 15-29 Mei 2023 dengan menyasar lembaga pendidikan SD-SMP sederajat hingga Pondok Pesantren se-Kota Surabaya.

"Tujuan untuk membantu remaja dalam mengenali maupun menghadapi dinamika serta perubahan di lingkungan internal dan eksternal mereka," katanya.

Menurut dia, sosialisasi dinamika remaja berfokus pada pemahaman, pemberian bekal dan penguatan diri remaja dalam menghadapi tantangan kehidupan baik dari internal maupun eksternal anak.

Menurutnya, saat ini tantangan kehidupan di eksternal juga meliputi berbagai macam ancaman di dunia modern baik itu ancaman dari dunia nyata maupun maya. Beberapa contoh tantangan yang harus dihadapi oleh anak sekarang antara lain, pergaulan bebas, tawuran, adiksi game daring, pornografi hingga perundungan siber.

"Oleh karena keadaan tersebut, maka semakin penting bagi kami untuk memberikan bekal pada anak Kota Surabaya agar mereka siap menghadapi berbagai tantangan tersebut," katanya.

Ia juga membeberkan, bahwa setiap tahun, sosdir diselenggarakan pada ratusan sekolah SD-SMP di Kota Surabaya. Melalui kegiatan sosdir tersebut, diharapkan bisa memberikan jawaban atas keresahan masyarakat terhadap persoalan anak dan remaja.

"Kami sangat berkomitmen untuk memberikan pengaruh positif kepada generasi muda Surabaya. Sosialisasi dinamika remaja merupakan salah satu langkah konkret untuk membantu mereka dalam menghadapi perubahan yang terjadi di sekitar mereka," kata Ida.

Materi yang dibahas senantiasa disesuaikan dengan perubahan sosial masyarakat, permasalahan dan kebutuhan anak di masing-masing sekolah, seperti konsep diri, anti perundungan (bullying dan cyberbully), internet sehat, kesehatan reproduksi, stop pernikahan anak, dan lain sebagainya.

Tak hanya itu, Ida menyebutkan metode yang digunakan juga variatif, mengikuti keadaan lapangan. Melalui kegiatan interaktif, diskusi kelompok, dan teknik cerita sesuai tingkat usia siswa. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan wawasan, keterampilan, dan panduan kepada peserta agar mereka dapat menghadapi perubahan dengan lebih bijak dan positif.

"Kegiatan ini melibatkan narasumber ahli dan praktisi yang berpengalaman dalam bidang psikologi, pendidikan, dan pengembangan remaja. Mereka memberikan wawasan yang berharga dan membagikan strategi praktis kepada peserta agar mereka dapat menghadapi perubahan dengan percaya diri dan mengambil peran aktif dalam membentuk masa depan mereka," ujarnya.

Seperti yang berlangsung pada Senin (22/5), sosdir terselenggara secara paralel di empat sekolah. Salah satunya di MTSS Plus Himmatun Ayat, Kelurahan Petemon, Kecamatan Sawahan, Kota Surabaya.

Pada kesempatan itu, Asteria Ratnawati Saroinsong, menjadi narasumber ahli sekaligus rekan berbincang dengan anak-anak di sana. Psikolog yang akrab disapa Mimi Ria itu menyampaikan materi tentang anti bullying.

"Sosialisasi tentang bullying ini penting dilakukan di sekolah-sekolah. Hal ini sebagai upaya preventif dalam memberikan informasi kepada anak-anak dan guru pendamping tentang berbagai hal yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari mereka," katanya.

Mimi Ria berharap, kegiatan sosdir dapat dilaksanakan secara merata di seluruh sekolah di Kota Surabaya. Selain itu, sosdir juga diharapkannya dapat melibatkan siswa-siswi sebagai influencer yang dapat menyampaikan pesan-pesan positif kepada teman-teman sebayanya.

"Dengan melaksanakan kegiatan ini secara rutin, diharapkan dapat menjadi tindakan preventif untuk mencegah hal-hal negatif yang dilakukan oleh remaja," ujarnya.*

Pewarta: Abdul Hakim

Editor : Abdullah Rifai


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023