Pemerintah Kota Batu memperkuat langkah sosialisasi dalam upaya untuk mencegah kekerasan terhadap anak dengan memberikan kesadaran dan pengetahuan kepada para tenaga pendidik yang ada di wilayah Kota Batu, Jawa Timur.
Kepala Bidang Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak DP3AP2KB Kota Batu, Amida, mengatakan bahwa lembaga pendidikan menjadi salah satu institusi strategis dalam mencegah serta menangani kekerasan terhadap anak.
"Kami berharap ada kesadaran bersama-sama untuk mencegah kekerasan terhadap anak, sehingga kasus kekerasan pada anak di sekolah bisa berkurang," kata Amida.
Amida menjelaskan, sosialisasi yang dilakukan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Pengendalian Penduduk, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) tersebut, menyasar kepada para tenaga pendidik di Kota Batu mulai dari lingkup Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA).
Menurutnya, keberadaan tenaga pendidik khususnya di wilayah Kota Batu memiliki peranan penting dalam upaya pencegahan adanya tindak kekerasan terhadap anak. Sehingga, sosialisasi tersebut diharapkan meningkatkan pengetahuan para tenaga pendidik di wilayah itu.
Berdasarkan data Sistem Informasi Online Perlindungan Perempuan dan Anak (Simfoni) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, sepanjang Januari hingga Mei 2023, telah terjadi 10 kasus kekerasan anak di wilayah Kota Batu.
"Melihat data tersebut, perlu dukungan berbagai pihak, salah satunya institusi pendidikan, untuk berpartisipasi dalam pencegahan kekerasan pada anak," katanya.
Dalam kesempatan itu, Konselor Pusat Pembelajaran Keluarga (Puspaga) Kota Batu, Yumei Astutik, menambahkan, selain orang tua, tenaga pendidik memiliki peran dalam pencegahan kekerasan pada anak.
Ia menekankan pentingnya memberikan pendidikan antikekerasan terhadap anak sejak pada usia dini. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat, anak termasuk dalam kelompok yang rentan mengalami kekerasan dan eksploitasi.
Para orang tua termasuk para guru, juga perlu memperhatikan kondisi anak selain potensi akademik, yakni mencakup potensi fisik, spiritual, emosi, kreativitas hingga potensi sosial budaya dalam masyarakat.
"Seringkali kita hanya fokus pada potensi akademik anak. Padahal banyak hal yang harus diperhatikan, karena manusia adalah makhluk holistik yang terdiri dari berbagai unsur," kata Yumei.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023