Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, mengimbau warga di sekitar Desa Tumpakpelem, Kecamatan Sawoo, mewaspadai potensi bencana tanah gerak atau likuefaksi susulan seperti baru terjadi areal persawahan setempat.
"Kami imbau kepada masyarakat tetap waspada dan antisipasi ketika di daerahnya ada potensi kebencanaan," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Surono di Ponorogo, Minggu.
Peringatan itu disampaikan menyusul kejadian tanah gerak di kawasan persawahan teras siring Dukuh Jabag, Desa Tumpakpelem, yang membuat sedikitnya dua petak sawah amblas terseret tanah gerak.
Peristiwa yang terjadi pada Kamis (4/5) pagi itu sempat direkam warga dan kemudian viral di media sosial.
Tidak ada korban jiwa, namun bencana alam tanah gerak yang membuat areal persawahan seperti terkelupas hingga sepanjang 50 meter. Hal itu membuat warga was-was. Apalagi tanah retak yang muncul di sekitar tanah gerak terpantau mencapai 150 meter dengan pusat selebar 5 meter.
Menurut Surono, fenomena alam itu disebut likuefaksi, dimana kondisi saat tanah mengalami kejenuhan atau kehilangan kekuatan akibat tak mampu menahan air.
Peristiwa alam tersebut bukan pertama kali terjadi. Hal serupa juga pernah terjadi sekitar 40 tahun yang lalu. Namun, setelah kejadian pertama terjadi sedimentasi dan oleh warga dijadikan sebagai areal persawahan.
"Ada sumber air yang masuk ke dalam tanah, karena ada air yang masuk sehingga menyebabkan titik jenuh," terangnya
Dari hasil pantauan di lapangan, bahwa luasan tanah yang terdampak likuefaksi mencapai 50 meter dengan panjang retakan sekitar 150 meter dan mahkota longsor 5 meter.
Akibat kejadian ini, kata dia, ada dua sawah yang terdampak yaitu milik Gimun rusak parah sekitar 20 meter persegi dan milik Marsid seluas 700 meter persegi.
"Tidak terlalu curam, kemungkinan hanya terjadi gerakan tanah, masih jauh dari pemukiman warga," katanya.
Atas fenomena tersebut pihaknya sudah melaporkan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai bahan evaluasi dan catatan.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat sekitar untuk tetap waspada terhadap setiap potensi kebencanaan. Terlebih pada saat curah hujan yang tinggi yang masih terjadi sampai saat ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Kami imbau kepada masyarakat tetap waspada dan antisipasi ketika di daerahnya ada potensi kebencanaan," kata Kabid Kedaruratan dan Logistik BPBD Ponorogo, Surono di Ponorogo, Minggu.
Peringatan itu disampaikan menyusul kejadian tanah gerak di kawasan persawahan teras siring Dukuh Jabag, Desa Tumpakpelem, yang membuat sedikitnya dua petak sawah amblas terseret tanah gerak.
Peristiwa yang terjadi pada Kamis (4/5) pagi itu sempat direkam warga dan kemudian viral di media sosial.
Tidak ada korban jiwa, namun bencana alam tanah gerak yang membuat areal persawahan seperti terkelupas hingga sepanjang 50 meter. Hal itu membuat warga was-was. Apalagi tanah retak yang muncul di sekitar tanah gerak terpantau mencapai 150 meter dengan pusat selebar 5 meter.
Menurut Surono, fenomena alam itu disebut likuefaksi, dimana kondisi saat tanah mengalami kejenuhan atau kehilangan kekuatan akibat tak mampu menahan air.
Peristiwa alam tersebut bukan pertama kali terjadi. Hal serupa juga pernah terjadi sekitar 40 tahun yang lalu. Namun, setelah kejadian pertama terjadi sedimentasi dan oleh warga dijadikan sebagai areal persawahan.
"Ada sumber air yang masuk ke dalam tanah, karena ada air yang masuk sehingga menyebabkan titik jenuh," terangnya
Dari hasil pantauan di lapangan, bahwa luasan tanah yang terdampak likuefaksi mencapai 50 meter dengan panjang retakan sekitar 150 meter dan mahkota longsor 5 meter.
Akibat kejadian ini, kata dia, ada dua sawah yang terdampak yaitu milik Gimun rusak parah sekitar 20 meter persegi dan milik Marsid seluas 700 meter persegi.
"Tidak terlalu curam, kemungkinan hanya terjadi gerakan tanah, masih jauh dari pemukiman warga," katanya.
Atas fenomena tersebut pihaknya sudah melaporkan kepada Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sebagai bahan evaluasi dan catatan.
Pihaknya mengimbau kepada masyarakat sekitar untuk tetap waspada terhadap setiap potensi kebencanaan. Terlebih pada saat curah hujan yang tinggi yang masih terjadi sampai saat ini.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023