Tulungagung - Eks-ajudan Bupati Tulungagung, Galih Nusantoro (36), digerebek warga saat kumpul kebo dengan seorang pemandu lagu di sebuah rumah kos milik Nurlaili di Kelurahan Tretek, Kecamatan Tulungagung, Senin dini hari. Aib yang menimpa Kasubbag Protokol Pemkab Tulungagung itu bahkan telah memaksa sejumlah pejabat teras setempat untuk melobi sejumlah media lokal maupun nasional agar meredam pemberitaan yang dianggap telah mencoreng nama baik pemkab setempat dan Bupati Heru Tjahjono tersebut. "Galih digerebek sekitar pukul 01.30 WIB. Dia bersama pasangan kumpul kebonya lalu dikeler menuju kantor kelurahan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya," kata Solim, Ketua RT 01/ RW 04 Kelurahan Tretek. Tidak hanya mereka berdua, puluhan pemuda bersama perangkat kelurahan dan jajaran mapolsek Tulungagung juga menggiring sejumlah anak kos lain yang rata-rata berprofesi sebagai pemandu lagu di sejumlah tempat karaoke untuk mendapat pembinaan sekaligus peringatan. Namun dari sekitar sepuluh orang penghuni kos yang digelandang di kantor kelurahan saat itu, hanya Galih dan pasangan kumpul kebonya, Dina Puspita Sari (27) yang paling banyak mendapat sorotan warga. Sebab, dari 12 kamar kos yang dirazia paksa, hanya Dina yang kedapatan memasukkan pasangan gelapnya itu. Galih sendiri yang diketahui sudah memiliki dua orang anak dari istri sahnya yang kini tinggal di Perum Puri Permata F/45, Kelurahan Sembung, Kecamatan Tulungagung. "Saat digerebek, sebenarnya sasaran warga justru polisi yang ditengarai kerap menginap di kamar sebelah Dina. Tapi ternyata dia mengantongi surat nikah sehingga sasaran dialihkan ke kamar lain. Tak disangka, ternyata ada Galih di dalam salah satu kamar bersama purel," ujar Hendik, menceritakan kronologi penggerebekan. Karena tak mengantongi surat bukti nikah dan diduga berbuat mesum, Galih dan Dina kemudian langsung dibawa ke kantor kelurahan setempat dengan cara dibonceng menggunakan sepeda motor. Beruntung, emosi warga bisa dicegah sehingga aksi massa tidak sampai terjadi. Namun sedan Honda Grand City nopol L-1290-QT milik Galih yang diparkir di depan rumah kos akhirnya menjadi sasaran kekesalan para pemuda. Meski tak sampai merusak kendaraan, empat roda sedan berwarna merah metalik ini mereka kempiskan bersama-sama. Akibatnya, selain menanggung malu dan harus menerimsa sanksi adat berupa kewajiban membayar denda 100 sak semen, Galih tak bisa segera memindahkan mobilnya dari lokasi kejadian. "Semua (hukuman) itu dilakukan agar ia tidak semena-mena ataupun mengulangi perbuatannya. Padahal sebagai abdi negara, seharusnya dia bisa menjadi teladan masyarakat, apalagi kelakuan (mesum/kumpul kebo) itu dia lakukan saat malam ramadan dan rumah kost itu berada persis di depan masjid," kecam Lurah Tretek, Gatot. Selain memaksa Galih dan Dina membuat surat pernyataan tertulis untuk minta maaf dan berjanji untuk tidak mengulangi perbuatannya, warga dan perangkat Kelurahan Tretek juga membatasi pemilik rumah kost, Nurlaili, agar tidak lagi menyewakan rumah kost-nya untuk pria dan wanita sekaligus. "Intinya kalau mau disewakan harus jelas, untuk cewek saja atau cowok saja. Tidak boleh campuran seperti sebelumnya, cewek dan cowok jadi satu karena akibatnya terkesan 'bebas' dan tidak terkontrol, apalagi penghuninya kebanyakan berprofesi sebagai purel," ujar Suyono, salah seorang tokoh pemuda Kelurahan Tretek. Tidak ada konfirmasi ataupun klarifikasi dari pihak Galih maupun Dinas terkait penggerebekan ini. Mantan ajudan Bupati Heru Tjahjono yang kini menjabat sebagai kasubbag protokol di bagian rumah tangga pendopo itu hanya diam dan tertunduk malu saat sejumlah wartawan mencoba mengambil gambarnya. Kepanikan justru terkesan terjadi pada pagi hingga siang harinya saat sejumlah pejabat pemkab sekelas sekda, kabag umum, dan kabag humas berupaya melobi sejumlah awak media lokal maupun nasional agar meminimalisasi dampak pemberitaan yang dibuat.*

Pewarta:

Editor : Endang Sukarelawati


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011