National Hospital Surabaya menerapkan tindakan operasi dengan metode Deep Brain Stimulation atau DBS, pada masyarakat yang mengalami gangguan gerak tubuh atau tremor karena penyakit parkinson.

Spesialis Bedah Saraf National Hospital Dokter Achmad Fahmi, SpBS (K), mengatakan, metode DBS yang dijalankan bisa mengurangi efek samping yang ditimbulkan karena obat-obatan

"Dia tidak perlu minum obat banyak, bisa meminimalisir efek samping seperti, dyskinesia (gangguan gerak)," kata Dokter Fahmi, Selasa.

Metode DBS juga bertujuan mengatasi persoalan alergi obat yang tak jarang diidap oleh pasien penderita penyakit parkinson.

Tak hanya itu saja, Fahmi mengatakan pasien parkinson punya peluang penyembuhan yang lebih cepat, seusai menjalani proses operasi dengan metode DBS. Mereka pun bisa langsung melakukan aktivitas seperti orang pada umumnya, meski hal itu membutuhkan proses adaptasi.

"Bisa mengurangi obat lebih dari 70 persen. Ada pasien bisa berlari setelah operasi, sebelumnya berjalan saja susah," ucapnya.

Sementara, Fahmi menyebut proses DBS pada pasien dilakukan dengan memasang alat pacu khusus yang langsung terhubung dengan otak.

"Menstabilkan neurotrasmiter di otak agar gerakan tubuh juga lebih stabil," ujarnya.

Proses bedah dengan metode DBS baru bisa dilakukan ketika dokter tak menemukan adanya infeksi pada tubuh pasien, terutama di bagian yang nantinya akan dipasang alat pacu itu.

Sementara, CEO National Hospital Ang Hoey Tiong menyebut Parkinson and Movement Disorder Center sudah dikunjungi 11.202 pasien dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir. 

Kemudian dari total jumlah itu, sebanyak 44 pasien diantaranya menjalani DBS. Sedangkan 234 pasien lainnya dilakukan operasi Stereotaktik Brain Lesion.

"Selama 10 tahun menjadi satu-satunya rumah sakit dengan layanan DBS dan Stereotaktik Brain Lesion di Indonesia. Tidak banyak rumah sakit yang memiliki alat untuk tindakan DBS terutama," ujar dia.

Pewarta: Ananto Pradana

Editor : Abdul Hakim


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023