Pemerintah Kabupaten Kediri, Jawa Timur, menggelar peringatan Nuzulul Quran sebagai upaya mendekatkan diri umat Islam kepada Tuhan pada bulan Ramadhan 1444 Hijriah.
Sekretaris Daerah Kabupaten Kediri Mohammad Solikin di Kediri, Jumat, mengemukakan kegiatan Nuzulul Quran dapat dijadikan sebagai instropeksi umat dan merenungkan diri sudah sejauh mana membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkan isi kandungan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari, bahwa Al Quran sebagai pedoman hidup.
"Sungguh kegiatan ini merupakan kesempatan yang luar biasa bagi kita semua. Mudah-mudahan kita semua bisa dimasukkan ke dalam golongan yang mutaqqin, dicatat sebagai orang yang beriman dan bertakwa. Semoga amal ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT. Saya harap kegiatan ini bermanfaat dan membawa berkah untuk kita dan seluruh masyarakat Kabupaten Kediri," katanya.
Dalam peringatan Nuzulul Quran yang digelar di Convention Hall Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri tersebut, mengundang pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Kota Kediri K.H. Reza Ahmad Zahid.
Gus Reza, sapaan akrabnya, dalam acara itu menyampaikan mengenai proses turunnya Al Quran. Terdapat beberapa perbedaan waktu dalam memperingati turunnya Al Quran.
"Ada orang yang memperingati turunnya Al Quran pada tanggal 17 Ramadhan yang artinya proses turunnya Al Quran dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia. Namun ada juga yang memperingati turunnya Al Quran pada tanggal 27 Ramadhan yang artinya proses turunnya Al Quran dari Lauhul Mahfudz sampai ke Gua Hira," katanya.
Menurut dia, hal yang terpenting dalam peringatan Nuzulul Quran adalah mengambil pelajaran yang terkandung di dalamnya.
"Walaupun terdapat perbedaan waktu yang terpenting dari esensi memperingati Nuzulul Quran adalah dapat mengambil pelajaran tentang turunnya Al Quran dan mengimplementasikannya pada keseharian," kata dia.
Gus Reza juga membahas mengenai perbedaan Al Quran dengan kitab-kitab sebelum turunnya Al Quran, yaitu terletak pada proses penurunannya.
"Al Quran diturunkan secara bertahap, bukan secara langsung seperti kitab-kitab sebelumnya. Hal ini untuk memantapkan hati Rasullullah. Al Quran diturunkan secara bertahap memiliki benefit yang luar biasa. Ketika seumur hidup hanya sekali mengatakan cinta, maka akan bertanya-tanya mana garansinya. Namun jika diucapkan rutin dengan berbagai istilah, maka cinta itu akan tumbuh bersemi," ujar dia.
Ia juga mengingatkan bahwa hal terpenting dalam Nuzulul Quran adalah menumbuhkan Al Quran sebagai jalan hidup umat.
Al Quran, katanya, penunjuk jalan kehidupan sehingga wajib untuk menjadikannya sebagai petunjuk dunia. Kitab suci umat Islam itu juga merupakan awal asas dalam agama Islam. Awal penetapan hukum diambil dari Al Quran, dengan cara menafsirkan sebagai sumber hukum. Namun, terdapat syarat-syarat tertentu untuk menafsirkan atau mengambil hukum dari Al Quran.
"Harus bisa memahami kapasitas diri ketika mengambil hukum dari Al Quran, karena hal itu membutuhkan keterampilan. Orang yang tidak mengetahui tajwid atau nahwu sharaf, maka dilarang membaca Al Quran di depan banyak orang. Apalagi berfatwa di hadapan banyak orang juga tidak diperbolehkan," kata Gus Reza.
Sementara itu, acara tersebut ditutup dengan zikir dan doa bersama untuk kebaikan masyarakat Kabupaten Kediri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
Sekretaris Daerah Kabupaten Kediri Mohammad Solikin di Kediri, Jumat, mengemukakan kegiatan Nuzulul Quran dapat dijadikan sebagai instropeksi umat dan merenungkan diri sudah sejauh mana membaca, menghafal, memahami, dan mengamalkan isi kandungan Al Quran dalam kehidupan sehari-hari, bahwa Al Quran sebagai pedoman hidup.
"Sungguh kegiatan ini merupakan kesempatan yang luar biasa bagi kita semua. Mudah-mudahan kita semua bisa dimasukkan ke dalam golongan yang mutaqqin, dicatat sebagai orang yang beriman dan bertakwa. Semoga amal ibadah puasa kita diterima oleh Allah SWT. Saya harap kegiatan ini bermanfaat dan membawa berkah untuk kita dan seluruh masyarakat Kabupaten Kediri," katanya.
Dalam peringatan Nuzulul Quran yang digelar di Convention Hall Simpang Lima Gumul (SLG) Kabupaten Kediri tersebut, mengundang pengasuh Pondok Pesantren Al-Mahrusiyah Kota Kediri K.H. Reza Ahmad Zahid.
Gus Reza, sapaan akrabnya, dalam acara itu menyampaikan mengenai proses turunnya Al Quran. Terdapat beberapa perbedaan waktu dalam memperingati turunnya Al Quran.
"Ada orang yang memperingati turunnya Al Quran pada tanggal 17 Ramadhan yang artinya proses turunnya Al Quran dari Lauhul Mahfudz ke Baitul Izzah di langit dunia. Namun ada juga yang memperingati turunnya Al Quran pada tanggal 27 Ramadhan yang artinya proses turunnya Al Quran dari Lauhul Mahfudz sampai ke Gua Hira," katanya.
Menurut dia, hal yang terpenting dalam peringatan Nuzulul Quran adalah mengambil pelajaran yang terkandung di dalamnya.
"Walaupun terdapat perbedaan waktu yang terpenting dari esensi memperingati Nuzulul Quran adalah dapat mengambil pelajaran tentang turunnya Al Quran dan mengimplementasikannya pada keseharian," kata dia.
Gus Reza juga membahas mengenai perbedaan Al Quran dengan kitab-kitab sebelum turunnya Al Quran, yaitu terletak pada proses penurunannya.
"Al Quran diturunkan secara bertahap, bukan secara langsung seperti kitab-kitab sebelumnya. Hal ini untuk memantapkan hati Rasullullah. Al Quran diturunkan secara bertahap memiliki benefit yang luar biasa. Ketika seumur hidup hanya sekali mengatakan cinta, maka akan bertanya-tanya mana garansinya. Namun jika diucapkan rutin dengan berbagai istilah, maka cinta itu akan tumbuh bersemi," ujar dia.
Ia juga mengingatkan bahwa hal terpenting dalam Nuzulul Quran adalah menumbuhkan Al Quran sebagai jalan hidup umat.
Al Quran, katanya, penunjuk jalan kehidupan sehingga wajib untuk menjadikannya sebagai petunjuk dunia. Kitab suci umat Islam itu juga merupakan awal asas dalam agama Islam. Awal penetapan hukum diambil dari Al Quran, dengan cara menafsirkan sebagai sumber hukum. Namun, terdapat syarat-syarat tertentu untuk menafsirkan atau mengambil hukum dari Al Quran.
"Harus bisa memahami kapasitas diri ketika mengambil hukum dari Al Quran, karena hal itu membutuhkan keterampilan. Orang yang tidak mengetahui tajwid atau nahwu sharaf, maka dilarang membaca Al Quran di depan banyak orang. Apalagi berfatwa di hadapan banyak orang juga tidak diperbolehkan," kata Gus Reza.
Sementara itu, acara tersebut ditutup dengan zikir dan doa bersama untuk kebaikan masyarakat Kabupaten Kediri.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023