Ketua Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Jawa Timur Adik Dwi Putranto mengatakan destinasi wisata di Jawa Timur menyimpan potensi besar menjadi wisata ramah muslim atau wisata halal.
"Jawa Timur memiliki segalanya, ada wisata alam, wisata pantai, wisata budaya hingga wisata religi. Tinggal menggerakkan menjadi wisata ramah muslim," kata Adik melalui keterangan tertulis, Rabu.
Beberapa lokasi pariwisata yang menurutnya punya potensi sebagai wisata ramah muslim, seperti Gili Iyang di Sumenep, Blue Fire Ijen di Banyuwangi, makam Sunan Ampel di Surabaya, dan makam Sunan Giri di Gresik.
Kendati demikian, realisasi wisata muslim di Jawa Timur butuh dirigen sebagai pengarah untuk memaksimalkan potensi yang ada, sekaligus membantu langkah pemerintah provinsi setempat mengambil kebijakan pengembangan pariwisata.
"Kalau Jatim sudah memiliki dirigen, saya yakin akan cepat mengalahkan Jateng dan Jabar yang sudah terlebih dahulu declare sebagai destinasi wisata halal atau pariwisata ramah muslim," ucapnya.
Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal Kadin Jatim Zaki Basalamah menambahkan potensi wisata halal di Jawa Timur belum dimaksimalkan sepenuhnya, hal itu bisa dilihat dari nilai Muslim Travel Indonesia (MTI) yang sebesar 4,12 persen.
Oleh karenanya dia mendorong pengembangan dilakukan merata, sehingga Jawa Timur mampu menjadi proyek percontohan "One-Stop Integrated Edu-Art Halal Entertainment Islamic Centre pertama" di Indonesia.
"97,814 persen penduduknya beragama Islam (Muslim) ini adalah potensi yang sangat luar biasa. Ini juga ditunjang dengan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa yang memiliki "ghiroh" dalam mengembangkan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Provinsi Jawa Timur," kata dia.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Andhi Maipa Dewandu menyebut ada tiga komponen penting yang harus dimiliki untuk mewujudkan konsep pariwisata ramah muslim.
Pertama, "Need to Have" atau pelayanan maupun fasilitas yang dipenuhi, seperti makanan dan minuman halal di lokasi wisata dan kemudahan mendapatkan fasilitas beribadah.
"Kalau hotel, cara menyucikan tempat itu wajib. Juga toilet ramah muslim," kata Andhi.
Kemudian, "Good to Have" yang disebutnya sebagai ketersediaan alat atau komponen beribadah, seperti sajadah, mukenah, dan Al-Quran.
"Selanjutnya ketiga adalah Nice to Have. Yaitu layanan atau fasilitas yang jika ada, maka akan sangat bagus," ujar dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023
"Jawa Timur memiliki segalanya, ada wisata alam, wisata pantai, wisata budaya hingga wisata religi. Tinggal menggerakkan menjadi wisata ramah muslim," kata Adik melalui keterangan tertulis, Rabu.
Beberapa lokasi pariwisata yang menurutnya punya potensi sebagai wisata ramah muslim, seperti Gili Iyang di Sumenep, Blue Fire Ijen di Banyuwangi, makam Sunan Ampel di Surabaya, dan makam Sunan Giri di Gresik.
Kendati demikian, realisasi wisata muslim di Jawa Timur butuh dirigen sebagai pengarah untuk memaksimalkan potensi yang ada, sekaligus membantu langkah pemerintah provinsi setempat mengambil kebijakan pengembangan pariwisata.
"Kalau Jatim sudah memiliki dirigen, saya yakin akan cepat mengalahkan Jateng dan Jabar yang sudah terlebih dahulu declare sebagai destinasi wisata halal atau pariwisata ramah muslim," ucapnya.
Ketua Komite Tetap Bidang Fiskal Kadin Jatim Zaki Basalamah menambahkan potensi wisata halal di Jawa Timur belum dimaksimalkan sepenuhnya, hal itu bisa dilihat dari nilai Muslim Travel Indonesia (MTI) yang sebesar 4,12 persen.
Oleh karenanya dia mendorong pengembangan dilakukan merata, sehingga Jawa Timur mampu menjadi proyek percontohan "One-Stop Integrated Edu-Art Halal Entertainment Islamic Centre pertama" di Indonesia.
"97,814 persen penduduknya beragama Islam (Muslim) ini adalah potensi yang sangat luar biasa. Ini juga ditunjang dengan Gubernur Jatim, Khofifah Indar Parawansa yang memiliki "ghiroh" dalam mengembangkan Ekonomi dan Keuangan Syariah di Provinsi Jawa Timur," kata dia.
Sementara itu, Staf Khusus Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Andhi Maipa Dewandu menyebut ada tiga komponen penting yang harus dimiliki untuk mewujudkan konsep pariwisata ramah muslim.
Pertama, "Need to Have" atau pelayanan maupun fasilitas yang dipenuhi, seperti makanan dan minuman halal di lokasi wisata dan kemudahan mendapatkan fasilitas beribadah.
"Kalau hotel, cara menyucikan tempat itu wajib. Juga toilet ramah muslim," kata Andhi.
Kemudian, "Good to Have" yang disebutnya sebagai ketersediaan alat atau komponen beribadah, seperti sajadah, mukenah, dan Al-Quran.
"Selanjutnya ketiga adalah Nice to Have. Yaitu layanan atau fasilitas yang jika ada, maka akan sangat bagus," ujar dia.(*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2023