Madiun - Warga di sekitar situs Kedungbrubus yang terletak di Dusun Kedungbrubus, Desa Bulu, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, tidak tahu jika wilayahnya merupakan situs purbakala. "Tidak ada warga yang tahu, jika selama ini desanya merupakan situs purbakala yang menyimpan nilai prasejarah kehidupan manusia dan budanyanya pada ratusan ribu tahun lalu. Warga malah sama sekali tidak paham," ujar Kepala Desa Bulu, Ismilah Suciati, Kamis. Menurut dia, selama ini ada beberapa warga yang menemukan fosil saat mengolah lahannya di bawah tegakan hutan milik Perhutani. Namun, warga tidak sadar jika sesuatu yang ditemukannya tersebut merupakan bagian dari tulang hewan purba yang telah membatu atau fosil dan memiliki nilai sejarah yang sangat tinggi. "Sejumlah warga yang menemukannya pasti langsung membuangnya karena mengira temuannya itu hanya batu atau kayu belaka. Warga sekitar sama sekali masih awam dengan hal-hal kepurbakalaan," terang Ismilah. Warga sedikit demi sedikit mulai paham setelah Tim Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran, Sragen, Jateng, melakukan penggalian di sejumlah lokasi di sekitar dusun dan desa mereka sejak sepekan terakhir. Karena itu, pihaknya secara bertahap akan memberikan informasi dan penyuluhan tentang situs purbakala yang berada di wilayah setempat. Pemberian informasi dilakukan di sela-sela kegiatan rutin desa, seperti arisan pengajian, dan lainnya saat puluhan warga desa setempat berkumpul. "Dalam penyuluhan tersebut akan dikenalkan ke masyaralat luas, jika Dusun Kedungbrubus merupakan situs purbakala yang perlu dilindungi. Jika ada warga yang menemukan tulang hewan yang telah membatu atau fosil, agar segera melaporkan dan menyerahkan temuannya tersebut ke kantor desa atau pihak berwenang," ungkap Ismilah. Sementara, Tim BPSMP Sangiran, mengaku telah menemukan sedikitnya 19 fragmen atau potongan hewan purba, saat melakukan penggalian di Situs Kedungbrubus, selama sepekan terakhir. "Sejak dilakukan survei dan ekskavasi di sejumlah lokasi yang dinilai mengandung benda purbakala, tim BPSMP Sangiran telah menemukan 19 fragmen hewan purba. Fragmen atau potongan fosil hewan purba tersebut diduga berusia 700 hingga 800 ribu tahun yang lalu atau berada di lapisan Kabuh," ujar Ketua Tim Ekskavasi BPSMP Sangiran, Sragen, Ilham Abdullah. Dari 19 fragmen yang ada tersebut, 14 fragmen di antaranya ditemukan saat survei lapangan. Sedangkan sisanya ditemukan di dalam kotak ekskavasi. Dalam penemuan survei lapangan, potongan fosil hewan purba tersebut ditemukan tergeletak di permukaan tanah. Hal ini akibat aktivitas warga desa sekitar saat bercocok tanam atau mengolah tanah. Sehingga secara tidak sengaja terangkat ke permukaan tanah dan tak jarang ditemukan warga. "Sedanglan lima fragmen lainnya, ditemukan saat tim melakukan penggalian di empat titik lokasi yang telah ditentukan. Rata-rata setiap kotak penggalian atau ekskavasi memiliki kedalaman antara 80 cm hingga 450 cm," terang dia. Sejumlah fosil yang ditemukan tersebut, di antaranya paha binatang dari "genus stegedon" atau gajah purba, gigi geraham dan tulang rusuk "rhinoceros" atau badak purba, "plastron" atau tulang tempurung bawah kura-kura purba, tulang paha hewan "genus bovidae" atau kerbau purba, serta gigi yang diduga merupakan milik dari hewan pengerat purba waktu itu. Hasil penelitiannya menyebutkan, tipe lapisan tanah tempat ditemukannya fosil merupakan tanah berpasir, tanah bergamping, dan lempung. Lapisan seperti ini menunjukkan bahwa endapan lapisan tanah terjadi dalam jangka waktu yang sangat lama. Diperkirakan endapan terjadi selama 700.000 hingga 800.000 tahun lalu.

Pewarta:

Editor : Masuki M. Astro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011