Mojokerto - Warga Dusun Kemasan, Kelurahan Blooto, Kecamatan Prajuritkulon, Kota Mojokerto membuat nasi tumpeng setinggi dua meter yang digunakan dalam ritual 'Nyadran" yang dilakukan setiap bulan "Ruwah" pada penanggalan Jawa. Ketua Panitia kegiatan B Irianto, Kamis, mengatakan, tradisi ini merupakan kegiatan tahunan yang sudah dilakukan sejak turun menurun oleh warga sekitar. "Kegiatan ini dimaksudkan untuk mengirim doa kepada sanak keluarga, sesepuh desa, ahli kubur dan leluhur yang telah mendahului pulang ke alam kubur," katanya. Ia mengemukakan, ritual "Nyadran" itu digelar untuk memohon keselamatan bagi seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan, seluruh warga Dusun Kemasan, pemimpin-pemimpin mulai tingkat kelurahan hingga atasan agar diberikan kemudahan dalam melangkah dan melaksanakan tugas yang diembannya. Bagi masyarakat Jawa, kegiatan tahunan yang bernama nyadran atau sadranan merupakan ungkapan refleksi sosial-keagamaan. Hal ini dilakukan dalam rangka menziarahi makam para leluhur dan ritual ini dipahami sebagai bentuk pelestarian warisan tradisi dan budaya para nenek moyang. Nyadran dengan ziarah kubur merupakan dua ekspresi kultural keagamaan yang memiliki kesamaan dalam ritual dan objeknya. "Perbedaannya hanya terletak pada pelaksanaannya, di mana nyadran biasanya ditentukan waktunya oleh pihak yang memiliki otoritas di daerah, dan pelaksanaannya dilakukan secara kolektif," katanya. Sementara itu, Wakil Walikota Mojokerto, Masud Yunus yang datang dalam kegiatan tersebut mengatakan, dengan adanya acara seperti itu dapat mempererat ukhuwah islamiyah sesama warga. "Ini juga mengingatkan kepada kami untuk selalu memanjatkan doa kepada Sang Khalik dan sebagai manusia harus senantiasa bersyukur dan bersedekah agar selamat dunia akhirat," katanya.

Pewarta:

Editor : Chandra Hamdani Noer


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011