Jember - Ratusan siswa di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Islam Bustanul Ulum Kabupaten Jember, Jawa Timur, membawa batu bata untuk membangun ruang kelas di sekolah gratis SMK setempat, Sabtu.
"Banyaknya siswa miskin yang ingin masuk di sekolah gratis yang dikelola Yayasan Islam Bustanul Ulum menyebabkan pihak sekolah kekurangan jumlah ruang kelas," kata Ketua Yayasan Islam Bustanul Ulum, Hafidi Cholis, di Jember.
Menurut dia, pihak sekolah terpaksa menolak ratusan siswa yang akan masuk di sekolah menengah pertama (SMP) dan SMK pada penerimaan peserta siswa baru (PPDB) tahun 2011 karena keterbatasan ruang kelas yang ada.
"Kami harus menambah ruang kelas baru untuk puluhan siswa yang belum tertampung di kelas, sehingga satu siswa diminta untuk membawa lima batu bata yang ada di sekitar rumah," paparnya.
Pihak sekolah, lanjut dia, menggratiskan seluruh biaya sekolah mulai dari siswa Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMP, dan SMK, agar siswa di daerah pedesaan bersemangat untuk belajar di sekolah.
"Kami tidak pernah menarik pungutan apapun kepada wali murid, namun sebagian wali murid yang mampu biasanya menyumbangkan hasil panennya kepada sekolah," katanya menjelaskan.
Bahkan, pihak sekolah juga memberikan pelayanan transportasi kepada siswa yang rumahnya jauh, sehingga siswa tidak perlu naik angkutan desa menuju ke sekolah karena pihak sekolah menyediakan tiga bus dan dua mobil untuk menjemput siswa dari rumah ke sekolah.
"Kami tidak pernah memaksa siswa dan wali murid untuk memberikan sumbangan berupa barang atau apapun, namun kadang-kadang siswa membawa batu bata atau pasir yang dikumpulkan dari sungai setempat untuk dibawa ke sekolah," katanya menambahkan.
Sekolah gratis Madrasah Ibtidaiyah (MI), SMP, dan SMK yang dikelola Yayasan Islam Bustanul Ulum berada di Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, menggunakan metode sekolah berbasis kerakyatan dan tidak pernah melakukan pungutan kepada wali murid.
"Saya berharap anak-anak miskin itu bisa bersekolah dan menikmati pendidikan gratis, sehingga mereka tidak perlu memikirkan biaya pendidikan yang tinggi dan bersemangat untuk sekolah," ucap Hafidi yang juga anggota DPRD Jember itu.
Secara terpisah, salah seorang siswa SMK Islam Bustanul Ulum, Safitri, mengaku tidak merasa terbebani dengan imbauan sekolah untuk membawa lima batu bata setiap siswa karena batu bata mudah didapatkan.
"Lima batu bata yang dikumpulkan masing-masing siswa di sekolah untuk membangun ruang kelas kami, sehingga kami tidak pernah keberatan dengan hal itu," tuturnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2011