Pemerintah Kabupaten Magetan mengembangkan potensi rumpun bambu di Kelurahan Tinap, Kecamatan Sukomoro, menjadi kawasan ekowisata sekaligus eduwisata (eko-eduwisata) andalan di wilayah setempat.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Magetan Saif Muchlissun mengatakan pengembangan kawasan eko-eduwisata hutan bambu seluas 19 hektare tersebut saat ini sedang dalam tahap sosialisasi masterplan atau rencana tata ruang utama yang penetapan konsepnya melibatkan tim akademisi dari UGM yang dipimpin oleh Dr Ir Arif Kusumawanto.

"Potensi rumpun bambu di Kelurahan Tinap ini diangkat menjadi eko-eduwisata. Selain itu, tanaman bambu dipilih karena berfungsi sebagai penahan longsor, pengikat air, penghasil oksigen, dan bahan kerajinan," ujarnya di Magetan, Jumat.

Ia menyatakan dengan sosialisasi masterplan tersebut, diharapkan terjadi kesamaan persepsi yang pada akhirnya akan melahirkan kesepakatan, pengertian baru, dan kesepahaman terhadap penyusunan masterplan Eko-eduwisata Hutan Bambu Magetan.

Sementara itu, Arif Kusumawanto mengatakan dipilihnya konsep rumpun bambu menginterpretasikan makna persatuan. Harapannya agar seluruh lapisan masyarakat bersemangat secara bersama-sama membangun Magetan.

Adapun, Eko-eduwisata Hutan Bambu di Tinap Magetan tersebut nantinya akan memiliki kekhasan, yaitu varietas Bambu Blenduk atau Bambusa Tuldoides Munro yang memiliki lekukan khas. Bambu jenis tersebut akan dikembangkan dan dilestarikan.

"Jadi, nanti Magetan akan dikenal sebagai salah satu wilayah yang melindungi varietas bambu tersebut," kata dia.

Diharapkan, saat pembangunan kawasan Eko-eduwisata Hutan Bambu di Tinap tersebut selesai, maka dapat menambah pengembangan sektor pariwisata di Kabupaten Magetan yang bertujuan sebagai daya pengungkit nilai ekonomi, sosial, dan budaya warga daerah setempat.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022