Pemerintah Kabupaten Banyuwangi mengampanyekan "Bangga Buatan Indonesia" melalui gelaran peragaan busana batik dan ajang ini sekaligus menjadi wadah kreativitas para model dan desainer anak-anak muda di wilayah setempat.

"Ini adalah cara untuk mendukung industri sektor kreatif, khususnya batik. Ajang semacam ini akan terus kami gelar sebagai salah satu pendorong pemulihan ekonomi," kata Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani, Minggu.

Ajang Fashion on Pedestrian yang digelar di kawasan Gedung Seni Budaya (Gesibu) Blambangan ini merupakan rangkaian Banyuwangi Batik Festival (BBF).

Ada 100 model dari kategori anak-anak hingga dewasa melenggang di trotoar creative space areal RTH Taman Blambangan, yang diubah menjadi catwalk. Dengan luwes mereka memperagakan aneka busana batik dengan motif sisik.

Even ini digelar rutin setiap tahun, sejak 2013 sebagai rangkaian kegiatan Banyuwangi Batik Festival (BBF). Setelah sempat terhenti dua tahun karena pandemi, parade fesyen batik di trotoar ini kembali digelar tahun ini.

"Lewat ajang ini, kami berharap para perajin batik lokal kembali bergeliat. Kembali berkreasi setelah stagnan karena pandemi, dan tentunya pesanan kain batiknya juga kembali pulih," ujar Ipuk.

Menurut Bupati Ipuk, BBF juga menjadi wadah kreativitas anak-anak muda daerah yang memiliki passion di bidang fesyen, khususnya batik. Selain itu, juga sebagai sarana mengkampanyekan produk lokal.

"Ini sesuai arahan Presiden Jokowi agar kita semua bangga menggunakan produk dalam negeri. Mari kita dorong  program Bangga Buatan Indonesia," ucapnya.

Bupati Ipuk menegaskan, ajang semacam ini akan terus digelar di Banyuwangi. Karena dengan dengan terus memberikan panggung akan mampu memunculkan bibit-bibit desainer potensial daerah.

"Selain itu, ini juga cara menumbuhkan kecintaan anak-anak muda pada kain batik yang merupakan warisan budaya bangsa," tuturnya.

Para model ini membawakan busana batik hasil desain sendiri maupun hasil kolaborasi dengan desainer lokal. Tema busana yang disajikan mulai kasual, busana pesta, hingga busana kerja.

Saat pertunjukan dimulai, para model lokal ini tampil layaknya model profesional. Dimulai dengan kategori anak, beragam busana batik kasual dengan warna-warna cerah pun mendominasi.

Berlanjut kategori remaja yang membawakan busana pesta, kain batik berhasil disulap menjadi aneka busana yang berkesan elegan dan mewah. Dilanjutkan parade busana kerja yang dibawakan oleh kategori dewasa yang tampil dengan desain busana yang lebih formal.

Ajang ini lalu ditutup dengan parade puluhan model bertubuh oversize yang memperagakan busana pesta kategori dewasa.

Ajang Banyuwangi Batik on Pedestrian ini mendapat apresiasi positif dari desainer Philip Iswardono, desaine nasional yang beberapa kali terlibat dalam ajang fesyen ini. Menurut dia, gelaran fesyen di Banyuwangi tahun ini mengalami peningkatan kualitas.

"Kreativitas peserta sudah semakin baik. Hanya perlu sedikit pendampingan agar mereka lebih memahami tema. Misalnya, konsep yang benar untuk busana pesta itu seperti apa, sehingga desain mereka bisa benar-benar diterima pasar," tuturnya.

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Fiqih Arfani


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022