Bupati Ipuk Fiestiandani meninjau tempat produksi UMKM yang tergabung dalam Kelompok Perempuan Kedungasri Hasta Karya Mandiri saat menjalankan program Bupati Ngantor di Desa (Bunga Desa) di Desa Kedungasri, Kecamatan Tegaldlimo, Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu.

Hasta Karya Mandiri merupakan kelompok ibu-ibu rumah tangga di desa yang ingin mendapatkan penghasilan tambahan dengan membuat usaha kecil-kecilan mulai makanan ringan hingga kain batik.

"Kami bangga dengan inisiatif dan semangat kaum ibu-ibu. Ini adalah semangat yang harus terus didukung dan ditularkan ke banyak orang. Semangat untuk mandiri dan semangat berwirausaha," kata Bupati Ipuk.

Sebagai upaya pengembangannya, katanya, mereka akan menjadi binaan dari Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi.

Pemerintah daerah akan memfasilitasi dengan berbagai pelatihan untuk meningkatkan kualitas produksinya. Untuk batik, misalnya, nanti akan diikutkan pelatihan desain batik sehingga bisa lebih berkualitas.

Selain itu, lanjut Bupati Ipuk, nantinya juga akan dibekali pula dengan teknik pemasaran secara daring hingga akses modalnya.

"Kami akan dorong terus sampai benar-benar menjadi UMKM yang naik kelas," ucapnya.

Kepala Dinas Koperasi, UMKM dan Perdagangan Kabupaten Banyuwangi Nanin Octaviani mengemukakan pihaknya terus melakukan pendampingan dan pembinaan bagi pelaku UMKM di Banyuwangi. Ada beragam program yang bisa diakses untuk pengembangan usaha, mulai dari pelatihan, bantuan peralatan, pemasaran, sampai desain kemasan.

"Bagi para pelaku UMKM yang ingin meningkatkan produksinya bisa datang ke Rumah Kreatif yang kita kelola untuk berkonsultasi mengembangkan usahanya," katanya.

Sementara Ketua Hasta Karya Mandiri Banyuwangi Roizatul Hasanah mengatakan ibu-ibu rumah tangga yang tergabung dalam Hasta karya Mandiri itu merintis usaha kecil-kecilan dengan membuat aneka cemilan hingga bati.

"Awalnya kami ingin ada kesibukan yang bisa nambah penghasilan. Syukur-syukur bisa bantu kebutuhan rumah tangga," katanya.

Berbekal semangat tersebut, Roiz kemudian mengajak sejumlah tetangganya untuk menghidupkan kelompok Hasta Karya Mandiri pada 2017.

Upaya kedua ini, ungkap Roiz, dilakukan oleh enam orang perempuan. Modal awalnya sebesar Rp600.000 hasil patungan keenam anggotanya.

"Ya, karena kita hanya ibu rumah tangga biasa, kita hanya bisa iuran seratus ribu. Hasil menyisihkan uang belanja," ujarnya.

Dari modal tersebut, lantas mereka memproduksi kerupuk dan rempeyek. Produksinya itu dikemas dengan plastik biasa dan dititipkan ke warung dan pedagang sayur keliling.

"Alhamdulillah, sedikit demi sedikit permintaan terus bertambah," tuturnya.

Melihat prospek pasar yang semakin baik tak membuat Roiz dan kawan-kawannya berpuas diri. Mereka terus berupaya meningkatkan produksinya, dari awalnya hanya kerupuk dan rempeyek, mereka berani berinovasi dengan aneka menu camilan lainnya, seperti keripik kedelai dan kerupuk daun mangrove.

"Dari sejumlah pelatihan yang pernah kami ikuti, kami pun mulai meningkatkan kualitas produksi. Yang awalnya dikemas dengan plastik biasa, sekarang kita kemas dengan plastik yang baik. Juga kami bubuhi label," kata Roiz.

Dari upaya tersebut, penjualannya semakin meningkat dan luas. Bahkan, sejak enam bulan terakhir, mereka mulai mengembangkan produksi batik dengan menggunakan pewarna alami.

"Enam bulan kemarin kita ikut pelatihan batik yang diselenggarakan oleh TNAP (Taman Nasional Alas Purwo). Ini kemudian kita kembangkan," katanya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022