Paus sperma (Physeter macrocephalus) yang terdampar di Perairan Laut Bulusan, Kecamatan Kalipuro, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, akhirnya mati dan rencananya ikan raksasa itu bakal dievakuasi dan diautopsi untuk keperluan riset dan ilmu pengetahuan.

Pada Senin (1/8) sekitar pukul 13:00 WIB, paus pertama terlihat dari utara dan terlihat kebingungan hanya berputar-putar di perairan berjarak 50 meter dari bibir pantai, dan pada Senin malam paus sperma itu dinyatakan mati.

"Bangkai paus ini bakal dievakuasi dan diautopsi untuk keperluan riset dan ilmu pengetahuan. Kami akan melibatkan Universitas Airlangga (Unair) di Banyuwangi untuk melakukan autopsi-nya," ujar Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani kepada wartawan di Banyuwangi, Selasa.

Menurut dia, autopsi dilakukan untuk mengetahui penyebab pasti paus sperma (physeter macrocephalus) tersebut terdampar hingga mengalami kematian.

"Dicek dulu kematiannya karena apa. Apa karena faktor usia, apakah karena penyakit, pencernaan-nya, apakah ada makanan yang mengganggu. Ini akan berguna bagi riset dan ilmu pengetahuan ke depan, tentu akan menambah khazanah keilmuan soal paus," kata Ipuk.

Salah satu tim dari Unair Banyuwangi, drh. Aditya Yudhana mengatakan proses autopsi sendiri akan dilakukan di lokasi setelah bangkai tersebut dievakuasi ke daratan.

"Di antaranya kami akan memeriksa sistem pencernaannya. Apakah ada pendarahan, benjolan atau lain sebagainya. Untuk sementara kami belum bisa mengungkapkan hasilnya, karena masih proses," kata dokter yang menekuni parasitologi veteriner itu.

Aditya menyampaikan juga akan mencari penyebab terdampar-nya hewan mamalia terbesar itu.

"Selat Bali ini memang termasuk jalur migrasi ikan paus. Tapi, dilakukan di kedalaman 800-900 meter. Jadi, kok bisa sampai terdampar ini, juga akan kami teliti," ucapnya.

Sehari sebelumnya, paus sperma itu terus berenang ke arah selatan sembari terus menyemburkan air lewat punggungnya. Hingga akhirnya paus itu berhenti berenang saat tiba di belakang Hotel Ketapang Indah dan sempat menabrak rangka dermaga. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022