Ratusan ibu rumah tangga atau IRT di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, Rabu mendapat pelatihan mengolah aneka rempah untuk produk jamu, obat herbal maupun minuman yang bernilai ekonomi tinggi.

Pelatihan yang dipusatkan di Balai Benih Perikanan Kabupaten Trenggalek itu diinisiasi oleh Tim Penggerak PKK dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur berkolaborasi dengan Pemerintah Kabupaten Trenggalek.

"Bahan baku rempah ini sangat banyak di Trenggalek. Kami ingin mendorong masyarakat, khususnya kalangan ibu rumah tangga untuk kreatif dan memiliki kemampuan dalam mengolahnya menjadi produk ekonomi yang bernilai jual," kata Ketua TP-PKK Provinsi Jawa Timur, Arumi Bachsin di Balai Benih Perikanan Trenggalek.

Rempah-rempah yang diolah diantaranya seperti jahe, temu lawak dan beberapa komoditas lainnya.

Aneka rempah ini kemudian dibuat diversifikasinya agar lebih memiliki nilai jual dan daya saing di pasaran.

“Komoditas seperti jahe, temu lawak dan lain sebagainya dibuat diversifikasinya. Ada yang dibuat jamu, jamu instan, minuman jadi dan yang lainnya. Tujuannya membuka peluang – peluang usaha dengan memanfaatkan era digitalisasi,” jelasnya.

Ketua TP-PKK Kabupaten Trenggalek Novita Hardini mengatakan kegiatan itu selaras dengan upaya pemerintah daerah dalam menggenjot sektor UMKM perempuan.

Lewat pelatihan itu, lanjut dia, diharapkan bisa membuat ibu-ibu atau lazim disebut emak-emak lebih produktif dalam membuat sebuah produk sehingga mempunyai kualitas unggul.

“Dengan pelatihan ini saya rasa bisa mendorong ibu-ibu bisa lebih produktif lagi. Tentunya bila ibu-ibu produktif akan melengkapi dirinya menjadi pembelajaran yang lebih baik sehingga produknya bisa naik kelas, lebih baik, lebih optimal dan bisa diterima pasar,” kata Novita.

Selain itu, naiknya kelas produk lewat pelatihan tersebut diharapkan bisa mendorong pertumbuhan UMKM perempuan.

Tumbuh kembangnya UMKM tersebut diyakini bakal berdampak pada perekonomian keluarga, sehingga permasalahan sosial di antaranya seperti stunting dapat ditanggulangi. Pasalnya stunting tak lepas dari faktor kemiskinan.

“Sehingga usahanya bisa terus maju dan berkembang. Tadi sudah disampaikan oleh Bu Arumi, ditambah jumlah kepala keluarga perempuan (single mom) di Trenggalek masih sangat tinggi. Ini tentunya berdampak sangat besar terhadap masalah-masalah sosial yang dihadapi oleh setiap keluarga. Seperti stunting, pernikahan anak dan yang lainnya," kata Novita.
 

Pewarta: Destyan H. Sujarwoko

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022