Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) mencatat tren populasi Elang Jawa mulai meningkat, sesuai hasil pemetaan populasi di 62 kantong.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati KLHK Indra Exploitasia dalam siaran persnya yang diterima di Surabaya, Sabtu mengatakan, setelah melakukan meta populasi di 62 kantong populasi, ada sekitar 100-500 pasang Elang Jawa di alam bebas.

"Rentang tengahnya, ada 300 pasang, jadi setidaknya ada 600 ekor di alam bebas, nah ini trennya meningkat seiring dengan upaya yang dilakukan Smelting dan Taman Safari ini diharapkan dapat semakin meningkatkan populasi Elang Jawa," kata Indra usai kegiatan sosialisasi pelestarian Elang Jawa dan pemberdayaan UMKM di Sukabumi bersama Taman Safari dan PT Smelting.

Indra mengakui sebelumnya populasinya sangat minim di bawah rentang tengah 300 pasang.

Oleh karena itu, dia mengapresiasi model konservasi Elang Jawa yang dikembangkan Taman Safari dan PT Smelting, yaitu pelestarian di luar habitatnya, kemudian dikembalikan ke habitat asli satwa tersebut.

Direktur Taman Safari Indonesia, Jansen Manangsang menyebut, hingga kini ada 14 ekor Elang Jawa yang dikembangkan, dan sejak 2019, PT Smelting mendorong pengembangan fasilitas konservasi di Taman Safari Bogor.

"Yakni pembangunan sangkar pengembang biakan dan ruang perawatan anakan Elang Jawa," tutur Jansen.

Sementara itu, Senior Manager General Affairs PT Smelting Sapto Hadi Prayetno mengakui, hutan damar di lokasi pusat edukasi konservasi Elang Jawa semakin menunjukkan tujuan awal, yakni sebagai wisata minat khusus, pendidikan konservasi.

Bagi Sapto, upaya pelestarian Elang Jawa dan sosialisasi konservasinya, seperti mengulang sejarah Bartels yang menemukan spesies Elang Jawa di Gunung Gede Pangrango dan membangun pusat konservasi di Cimungkad.

"Dalam waktu dekat, Elang Jawa yang sudah siap akan dilepasliarkan di sini. Ada rencana bahwa kami akan mendukung konservasi yang lain. Ada rencana juga untuk pelepasliarkan komodo," katanya.

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022