Pemerintah Kabupaten Jember, Jawa Timur, mendukung pengembangan budi daya maggot yang merupakan larva lalat black soldier fly (BSF) sebagai salah satu solusi mengatasi masalah sampah di daerah itu.
"Maggot itu luar biasa pasarnya dan kami belum bisa memenuhi, dan pasti akan dibeli untuk pakan ikan seperti ikan koi," kata Bupati Jember Hendy Siswanto saat meninjau lahan industri maggot usai meresmikan Festival Daur Ulang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari, Kabupaten Jember, Senin.
Menurutnya, Koperasi Molindo Jaya membuat edukasi kepada pekerjanya untuk pembudidayaan maggot sehingga Pemkab Jember juga berharap setiap desa atau kecamatan punya budi daya maggot. Setiap hari jumlah sampah di Jember mencapai 187 ton sehingga harus dilakukan manajemen pengelolaan dengan baik.
Sementara Ketua Koperasi Molindo Jaya Agus Subagiyo mengatakan maggot harganya Rp6.000 per kilogram yang berguna untuk pakan bagi hewan unggas, burung dan ikan.
"Seperti belatung pada umumnya, maggot dari lalat BSF hidup dengan mengonsumsi sampah organik sehingga budi daya maggot itu merupakan solusi untuk mengurangi sampah yang efektif," katanya.
Ia menjelaskan alur budidaya maggot diawali dari telur lalat BSF lalu ditetaskan sampai menjadi larva, kemudian maggot itu diberikan makan dari limbah organik yang biasanya dari sampah dapur seperti nasi, buah atau sayur, kemudian dalam waktu 14 hari, larva itu akan membesar.
"Maggot usia 14 hari kadar proteinnya paling tinggi untuk digunakan pakan ternak. Nantinya dari hasil produksi selama 14 hari itu, kami akan memanen 90 persen, sedangkan 10 persen lagi akan dibudidayakan," ujarnya.
Dengan demikian, budi daya maggot dilakukan berkelanjutan dan tidak perlu lagi membeli bibit. Kondisi ini membuat lebih hemat dan mengurangi biaya budi daya maggot.
"Teknologi yang digunakan tidak terlalu banyak, tetapi caranya bisa bermacam-macam. Budi daya maggot itu cukup bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah organik, terutama di rumah," tuturnya.
Ia menjelaskan tidak tanggung-tanggung karena 100 kg maggot BSF dapat mengurai sekitar 1 ton sampah organik hanya dalam waktu singkat yakni 1×24 jam.
"Hal itu lebih efektif daripada solusi pengurangan sampah lain seperti metode kompos. Selain memerlukan lahan yang luas, metode kompos itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengurai sampah," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022
"Maggot itu luar biasa pasarnya dan kami belum bisa memenuhi, dan pasti akan dibeli untuk pakan ikan seperti ikan koi," kata Bupati Jember Hendy Siswanto saat meninjau lahan industri maggot usai meresmikan Festival Daur Ulang di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Pakusari, Kabupaten Jember, Senin.
Menurutnya, Koperasi Molindo Jaya membuat edukasi kepada pekerjanya untuk pembudidayaan maggot sehingga Pemkab Jember juga berharap setiap desa atau kecamatan punya budi daya maggot. Setiap hari jumlah sampah di Jember mencapai 187 ton sehingga harus dilakukan manajemen pengelolaan dengan baik.
Sementara Ketua Koperasi Molindo Jaya Agus Subagiyo mengatakan maggot harganya Rp6.000 per kilogram yang berguna untuk pakan bagi hewan unggas, burung dan ikan.
"Seperti belatung pada umumnya, maggot dari lalat BSF hidup dengan mengonsumsi sampah organik sehingga budi daya maggot itu merupakan solusi untuk mengurangi sampah yang efektif," katanya.
Ia menjelaskan alur budidaya maggot diawali dari telur lalat BSF lalu ditetaskan sampai menjadi larva, kemudian maggot itu diberikan makan dari limbah organik yang biasanya dari sampah dapur seperti nasi, buah atau sayur, kemudian dalam waktu 14 hari, larva itu akan membesar.
"Maggot usia 14 hari kadar proteinnya paling tinggi untuk digunakan pakan ternak. Nantinya dari hasil produksi selama 14 hari itu, kami akan memanen 90 persen, sedangkan 10 persen lagi akan dibudidayakan," ujarnya.
Dengan demikian, budi daya maggot dilakukan berkelanjutan dan tidak perlu lagi membeli bibit. Kondisi ini membuat lebih hemat dan mengurangi biaya budi daya maggot.
"Teknologi yang digunakan tidak terlalu banyak, tetapi caranya bisa bermacam-macam. Budi daya maggot itu cukup bermanfaat untuk mengurangi jumlah sampah organik, terutama di rumah," tuturnya.
Ia menjelaskan tidak tanggung-tanggung karena 100 kg maggot BSF dapat mengurai sekitar 1 ton sampah organik hanya dalam waktu singkat yakni 1×24 jam.
"Hal itu lebih efektif daripada solusi pengurangan sampah lain seperti metode kompos. Selain memerlukan lahan yang luas, metode kompos itu juga membutuhkan waktu yang lama untuk mengurai sampah," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022