Pemerintah Kabupaten Pamekasan, Jawa Timur, mengantisipasi kekeringan melalui pembangunan embung di lahan seluas lima hektare lebih di Kecamatan Proppo.

Menurut Bupati Pamekasan Baddrut Tamam di Pamekasan, Rabu, selain untuk mengantisipasi kekeringan, pembangunan embung itu juga untuk dijadikan objek wisata.

"Pemkab Pamekasan telah berkoordinasi dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas terkait hal ini, sekaligus melaporkan perkembangan pembangunannya dalam rapat koordinasi kemarin," kata bupati.

Ia menjelaskan pembangunan embung di Desa Sameran, Kecamatan Proppo, sekitar tujuh kilometer ke arah barat Kota Pamekasan.

Bupati menjelaskan dalam pertemuan itu BBWS menyetujui rencana pengembangan embung di Desa Samiran, Kecamatan Proppo.

Embung itu tidak hanya untuk menampung air guna mengairi lahan pertanian warga, tetapi juga didesain agar bisa menjadi objek wisata. Dengan demikian nilai ekonomi keberadaan empung tersebut bukan hanya bagi petani, tetapi juga bagi pelaku usaha ekonomi mikro di sekitar lokasi embung.

Menurut bupati, embung itu merupakan satu dari 19 titik embung yang akan dibangun dalam rangka memenuhi pemenuhan kebutuhan air warga saat kemarau.

"Melalui pembangunan embung ini, maka kebutuhan air untuk lahan pertanian di Pamekasan bisa terpenuhi," katanya.

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pemkab Pamekasan mencatat sebanyak 73 desa di Kabupaten Pamekasan rawan mengalami kekeringan saat kemarau, sehingga produksi hasil pertanian tanaman pangan warga saat kemarau menurun.

Jenis kekeringan yang terjadi meliputi kekeringan kritis dan kekeringan langka. Kekeringan kritis merupakan jenis kekeringan yang terjadi di dusun dalam mencari air bersih jarak yang ditempuh lebih dari tiga kilometer.

Sedangkan yang dimaksud dengan kering langka, jarak yang ditempuh dari rumah warga ke sumber mata air terdekat sekitar 500 meter hingga tiga kilometer.

Pewarta: Abd Aziz

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022