Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menyerahkan buku tabungan serta tunjangan kehidupan dan pendidikan bagi anak yang orang tuanya meninggal dunia, baik yatim maupun piatu karena COVID-19, dengan harapan bisa untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Wali Kota berkunjung ke rumah Qafisha Malia Rahmadani (7), siswa kelas 1 SDN Banjaran 5, Kota Kediri, Jawa Timur. Namun, karena Qafisha belum pulang, Wali Kota akhirnya menjemputnya ke sekolah.

"Kami menyalurkan CSR Bank Jatim Cabang Kediri. Nanti dari Pemkot Kediri akan meneruskan untuk mengisi saldo tunjangan kehidupan mereka dan biaya pendidikan sampai mereka lulus SMA/SMK," kata Wali Kota di Kediri, Senin.

Wali Kota menyerahkan bantuan CSR dari Bank Jatim buku tabungan masing-masing dengan saldo Rp1.000.000 ke Qafisha, Bagas (kakak), dan Ahmad Fadli Prasetyo, 5 bulan (adik).

Selain itu, Mas Abu, sapaan akrab Wali Kota Kediri menambahkan di Kota Kediri total terdapat 271 anak yatim yang orang tuanya meninggal karena COVID-19. CSR tersebut diberikan kepada 271 anak yatim itu.

"Ada 266 anak yang terus akan kami lanjutkan santuni, sementara tiga anak terhitung dari keluarga mampu dan dua anak lainnya telah pindah domisili. Dengan kerja sama Bank Jatim, nanti kami tidak perlu lagi memberi tunai, tapi tinggal top-up saja tabungan di rekening," kata dia.

Wali Kota memang menjemput Qafisha Malia Rahmadani dari sekolahnya, setelah sang ayah terlambat menjemputnya.

Qafisha adalah putri dari Arie Prasetya Wibawa, seorang tenaga honorer di Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Kediri. Sehari-hari, tugas Arie adalah menyapu jalan di Kecamatan Pare, sekitar 18 kilometer dari Kota Kediri.

Sementara itu, Arie yang telah tiba di rumah setelah kedatangan Wali Kota meminta maaf karena terlambat datang ke rumah. Ia juga berterima kasih karena Wali Kota mau menjemput anaknya dari sekolah.

"Mohon maaf Pak Wali, saya datang terlambat. Kakaknya juga tidak bisa menjemput Qafisha karena sedang sakit, biasanya kalau tidak sakit juga kakaknya sekolah dan jamnya pulang beda. Sudah seminggu ini yang jemput tetangga rumah," kata Arie.

Arie juga menambahkan, ia pergi dan pulang (PP) Kota Kediri - Pare tiga kali dalam sehari, namun akhir-akhir ini shift kerjanya tidak memungkinkan untuk bisa selalu menjemput Qafisha setiap hari.

Selain merawat Qafisha dan Bagas, Arie juga harus merawat Fadli, bayinya yang kini berusia lima bulan. Bayi tersebut dititipkan pada ibu mertua.

Ia juga bersyukur dengan bantuan yang diterima untuk anak-anaknya ini. Dengan ini, bisa untuk memenuhi kebutuhan sekolah mereka.

Arie Prasetya Wibawa adalah suami dari Novi Wulandari yang telah meninggal dunia pada 7 Agustus 2021 karena terpapar COVID-19. Novi meninggal di usia 30 tahun, empat hari setelah melahirkan putra ketiganya.

Almarhumah meninggalkan suami dan putra putri yang masih kecil yang sekarang tinggal di Kelurahan Banjaran, Kota Kediri.

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2022