Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang melakukan studi banding di Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga Surabaya, Jumat untuk mempelajari Academic Health System (AHS) yang telah berlaku di kampus setempat. 

Dekan FK Unair Prof. Dr. Budi Santoso, dr., Sp.OG(K) menuturkan, sejak 2018, kampusnya bersama empat fakultas kedokteran lain yakni Universitas Hasanuddin (Unhas) Makassar, Universitas Padjajaran (Unpad), Universitas Gadjah Mada (UGM) dan Universitas Indonesia (UI) ditunjuk Kementerian Kesehatan sebagai proyek percontohan AHS.

"AHS adalah sebuah sistem pembelajaran yang melibatkan beberapa unsur di dalamnya, yakni fakultas kedokteran, rumah sakit jejaring, dinas kesehatan setempat, laboratoratorium dan apapun yang berhubungan dengan kesehatan sehingga bagaimana bisa ikut mendidik mahasiswa FK untuk menjadi dokter yang dibutuhkan di masyarakat," katanya. 

Tidak hanya bermanfaat dalam internal univestitas saja, keberadaan AHS ini juga bisa menjawab permasalahan kesehatan di masyarakat. Sehingga outputnya adalah kualitas hidup masyarakat membaik.

"Jadi yang kita kembangkan tiga, penelitian, pendidikan serta pengabdian masyarakat," ujarnya. 

Dekan menambahkan, AHS ini, ke depannya akan diberlakukan di semua fakultas kedokteran di Indonesia. Karenanya, pihaknya berbagi pengalaman dalam mengimplementasikan AHS di FK Unair bersama dengan instansi terkait. 

FK Unair beserta jajaran rumah sakit jejaring seperti RSUD Dr. Soetomo dan Rumah Sakit Universitas Airlangga banyak berbagi mengenai bagaimana sebuah kolaborasi berjalan dengan baik dan tersistem. 

Beberapa hal yang sudah dilakukan FK Unair dalam program AHS ini antara lain adalah program pengabdian masyarakat menggandeng lintas sektor di Madura dalam upayanya menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) di Pulau Garam tersebut. 

Upaya penanganan bencana alam, lanjut Prof. budi juga masuk ke dalam AHS. Seperti diketahui FK Unair telah terlibat langsung dalam penanggulangan bencana. Misalnya di Pulau Mamuju-Majene, Nusa Tenggara Timur, di Kota Batu dan terakhir di Lumajang ini. 

"Kita bisa lihat di proses pembelajaran pun sudah melibatkan beberapa institusi yang terkait di dalamnya. Penelitian dan pengabdian masyarakat pun demikian. Semua sudah kita lakukan 3-4 tahun ini," ujarnya. 

Dekan FK UB, Dr. dr. Wisnu Barlianto, M.Si., Med., SpA(K) berharap studi banding ini tidak berhenti di sini, namun ada komunikasi lebih intens dengan FK Unair sehingga apa yang telah dilakukan di FK Unair dapat dilaksanakan juga di UB.

"FK UB juga sama seperti FK Unair, memiliki rumah sakit universitas. Dengan adanya kunjungan ini sedikit banyak kami belajar bagaimana pengelolaan RS Universitas dan jejaring agar bisa berkolaborasi membantu pemerintah di Jatim dalam peningkatan kesehatannya," ujarnya. (*) 

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021