Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia (P3I) Jawa Timur menyiapkan konsep digitalisasi di industri periklanan setempat, untuk mendorong pertumbuhan industri itu yang mengalami kelesuan signifikan akibat distribusi teknologi dan pandemi.

Ketua P3I Jatim Haries Purwoko usai terpilih kembali menjadi ketua periode 2021-2025 dalam Konperda XIII P3I Jawa Timur di Graha Kadin Jatim, Surabaya, Sabtu, mengatakan konsep digitalisasi di industri periklanan dilakukan melalui peningkatan sumber daya manusia (SDM) dengan memberikan pelatihan tentang teknologi digital kepada anggota karena sejauh ini pemahaman anggota P3I tentang digitalisasi masih cukup rendah

"Era digital sudah tidak bisa dihindari. Kami harus bisa berinovasi dan berkolaborasi. Untuk itu, SDM periklanan harus terus ditingkatkan, khususnya tentang teknologi dan digitalisasi," ujarnya.

Haries mengatakan konsep digitalisasi dilakukan karena di era 4.0 ini semua sudah berubah, dan format periklanan juga sudah berubah, sehingga harus mengikuti perkembangan agar bisnis tidak tertinggal.

"Untuk itu kami nanti akan membuat pelatihan teknologi digital," katanya.

Ia mengatakan saat ini anggota P3I di Jatim mencapai 65 perusahaan periklanan, dari jumlah itu sangat sedikit yang paham dan mengerti tentang teknologi digital.

"Tidak banyak, bisa dihitung jari. tidak sampai 10 persen karena kebanyakan bergerak di outdoor atau out of home advertising dan termasuk orang-orang lama," ujarnya.

Selain itu, Haries juga akan mendorong kekompakan antaranggota dan kepengurusan, karena sejauh ini masih ada anggota yang kurang bersungguh-sungguh ikut membangun organisasi.

"Program selanjutnya adalah meningkatkan gotong-royong antaranggota karena tantangan selalu ada dan jika tidak berkolaborasi bisa jatuh semua. Bisnis ini dibangun dengan gotong royong secara keseluruhan. Semoga dengan kekompakan dan gotong royong, organisasi ini bisa dibangun kembali dan mencapai bisnis yang lebih baik," katanya.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal P3I Pusat Hery Margono mengatakan, saat ini kinerja industri periklanan mengalami stagnasi, padahal dalam kondisi normal belanja iklan dalam setiap tahun selalu mengalami pertumbuhan sebesar dua digit.

"Tahun ini belanja iklan secara nasional mencapai Rp200 triliun hingga Rp300 triliun per tahun. Angka ini memang tidak berubah dari tahun sebelumnya. Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab, di antaranya karena alokasi belanja iklan memang berkurang dan juga karena diskon besar-besaran yang dilakukan pelaku periklanan," kata Hery.

Alokasi belanja periklanan itu, terbesar diserap televisi sekitar 60 persen, disusul digital sebesar 20 persen dan bilboard atau out of home advertising sebesar 15 persen dan sisanya cetak serta radio.

"Digital ini naiknya cukup tajam. Selain karena harga lebih murah, juga terukur. Siapa yang melihat dan siapa yang like, itu bisa terlihat," katanya.

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021