Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Madiun Dwi Yuhenny menyebut komoditas minyak goreng dan telur ayam ras menjadi penyumbang terbesar inflasi pada November 2021 di Kota Madiun, Jawa Timur.

"Pada November 2021, Kota Madiun mengalami inflasi sebesar 0,22 persen. Inflasi Kota Madiun November 2021 tersebut terendah dari delapan kota penghitung inflasi nasional di Jawa Timur," ujar Dwi Yuhenny dalam keterangan persnya yang digelar secara daring di Kantor BPS Kota Madiun, Rabu.

Menurut dia, jika dibandingkan dengan inflasi Oktober 2021, ada kenaikan inflasi pada November ini sebesar 0,13 persen. Adapun tingginya angka inflasi di November disebabkan oleh kenaikan harga minyak goreng yang mencapai 13,03 persen dan telur ayam ras sebesar 12,78 persen.

Sedangkan, komoditas lainnya yang berpengaruh meningkatkan angka inflasi di antaranya sampo, pepaya, telepon seluler, tarif kereta api, pisang, sabun mandi, ikan nila, dan air kemasan.

Sedangkan, komoditas penekan inflasi pada November 2021 adalah cabai rawit yang mengalami penurunan harga hingga 10,62 persen. Juga, daging ayam yang turun sebesar 1,89 persen. Selain itu, ada buah naga, jagung manis, apel, semangka, jeruk, tomat, kangkung, dan anggur.

Dwi menjelaskan dari 11 kelompok pengeluaran, sembilan di antaranya mengalami inflasi sedangkan dua kelompok lainnya, tetap atau tidak mengalami perubahan.

Inflasi November 2021 pada delapan kota IHK di Jawa Timur, semua kota mengalami inflasi dengan laju inflasi tertinggi terjadi di Kabupaten Sumenep sebesar 0,65 persen; diikuti oleh Kota Surabaya sebesar 0,39 persen; Kabupaten Jember sebesar 0,31 persen; Kabupaten Banyuwangi sebesar 0,28 persen.

Kota Malang sebesar 0,26 persen; Kota Kediri sebesar 0,25 persen; Kota Probolinggo sebesar 0,24 persen; dan inflasi terendah terjadi di Kota Madiun sebesar 0,22 persen, sedangkan Jawa Timur mengalami inflasi sebesar 0,35 persen.

"Angka inflasi Kota Madiun pada November 2021 juga lebih rendah dibandingkan inflasi bulanan Jatim yang mencapai 0,35 persen dan nasional sebesar 0,37 persen," katanya.

Dengan rilis angka inflasi tersebut, pihaknya berharap data BPS bisa menjadi acuan pemerintah daerah setempat dalam menetapkan kebijakan. Khususnya, untuk menekan kenaikan harga sejumlah komoditas agar tidak terlalu tinggi.

Pewarta: Louis Rika Stevani

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021