Terminal Teluk Lamong yang merupakan bagian dari Pelabuhan Indonesia (Pelindo) mulai menerapkan Internet of Things (IoT) pada dunia kepelabuhanan, sebagai bagian dari transformasi dari era Port Automation menjadi Smart Port, serta tuntutan optimalisasi teknologi pada seluruh aspek kegiatan operasional.
Sekretaris Perusahaan PT Terminal Teluk Lamong Arief Yarmanto di Surabaya, Jumat, mengatakan PT Terminal Teluk Lamong (TTL) saat ini sedang berada dalam fase ketiga mengembangkan teknologi di terminal menuju Smart Port 4.0 yang sangat erat kaitannya dengan penerapan IoT pada dunia kepelabuhanan.
Sehingga, dituntut untuk memaksimalkan kontribusi dan mengefisiensikan proses logistik melalui inovasi teknologi yang ada di industri pelabuhan secara global.
"Sejak dilakukan uji coba pertama pada awal November 2021 sampai saat ini, telah terlihat bahwa hal ini mampu membawa perubahan dalam pelayanan di Terminal Teluk Lamong," kata Arief, dalam siaran persnya.
Namun demikian, kata dia, tetap diperlukan monitoring dan perbaikan yang berkesinambungan, agar implementasi di lapangan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga mampu berkontribusi menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan daya saing pelabuhan.
Sementara itu, Information Communication Technology Senior Manager TTL, Hadi M Lukmantyo mengatakan TTL sudah memiliki master plan pengembangan teknologi informasi, dan pada tahun ini telah melakukan pengembangan teknologi melalui Enhancement Terminal Operation System (TOS) yang mengelola seluruh proses bongkar muat.
Salah satu teknologi yang diintegrasikan dengan sistem TOS adalah pemanfaatan teknologi IoT dan global positioning system (GPS) untuk percepatan job assignment ke armada truk, dengan mengidentifikasi lokasi dan status muatan truk secara realtime.
"Pemanfaatan teknologi IoT ini juga dimanfaatkan untuk memonitor penggunaan alat bongkar muat, sehingga ditinjau dari aspek operasional dapat meningkatkan kinerja bongkar muat dan percepatan pelayanan receiving delivery, serta dapat juga memberikan potensi tambahan kapasitas sebanyak 11.867 box per tahun," katanya.
Selian itu, TTL juga sedang melaksanakan pemasangan sistem Radio Frequency Identification (RFID) reader pada masing-masing blok, yang fungsinya untuk percepatan operasional lift on-lift off armada truk di lapangan penumpukan.
"Dengan adanya sistem RFID pada lapangan penumpukan diharapkan mendukung pola operasional atas enhancement TOS yang ada," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Sekretaris Perusahaan PT Terminal Teluk Lamong Arief Yarmanto di Surabaya, Jumat, mengatakan PT Terminal Teluk Lamong (TTL) saat ini sedang berada dalam fase ketiga mengembangkan teknologi di terminal menuju Smart Port 4.0 yang sangat erat kaitannya dengan penerapan IoT pada dunia kepelabuhanan.
Sehingga, dituntut untuk memaksimalkan kontribusi dan mengefisiensikan proses logistik melalui inovasi teknologi yang ada di industri pelabuhan secara global.
"Sejak dilakukan uji coba pertama pada awal November 2021 sampai saat ini, telah terlihat bahwa hal ini mampu membawa perubahan dalam pelayanan di Terminal Teluk Lamong," kata Arief, dalam siaran persnya.
Namun demikian, kata dia, tetap diperlukan monitoring dan perbaikan yang berkesinambungan, agar implementasi di lapangan menjadi lebih efektif dan efisien, sehingga mampu berkontribusi menurunkan biaya logistik nasional dan meningkatkan daya saing pelabuhan.
Sementara itu, Information Communication Technology Senior Manager TTL, Hadi M Lukmantyo mengatakan TTL sudah memiliki master plan pengembangan teknologi informasi, dan pada tahun ini telah melakukan pengembangan teknologi melalui Enhancement Terminal Operation System (TOS) yang mengelola seluruh proses bongkar muat.
Salah satu teknologi yang diintegrasikan dengan sistem TOS adalah pemanfaatan teknologi IoT dan global positioning system (GPS) untuk percepatan job assignment ke armada truk, dengan mengidentifikasi lokasi dan status muatan truk secara realtime.
"Pemanfaatan teknologi IoT ini juga dimanfaatkan untuk memonitor penggunaan alat bongkar muat, sehingga ditinjau dari aspek operasional dapat meningkatkan kinerja bongkar muat dan percepatan pelayanan receiving delivery, serta dapat juga memberikan potensi tambahan kapasitas sebanyak 11.867 box per tahun," katanya.
Selian itu, TTL juga sedang melaksanakan pemasangan sistem Radio Frequency Identification (RFID) reader pada masing-masing blok, yang fungsinya untuk percepatan operasional lift on-lift off armada truk di lapangan penumpukan.
"Dengan adanya sistem RFID pada lapangan penumpukan diharapkan mendukung pola operasional atas enhancement TOS yang ada," katanya.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021