Wali Kota Kediri Abdullah Abu Bakar menilai tentang pentingnya digitalisasi Aksara Kawi, sebagai salah satu upaya untuk merawat peninggalan budaya.

"Kota Kediri mendukung digitalisasi Aksara Kawi, karena kami merasa penting untuk ikut merawat tinggalan budaya, seni dan ilmu pengetahuan, karena ini menjadi modal dasar untuk city branding," kata Wali Kota Kediri di Kediri, Sabtu.

Ia mengatakan di daerah lain misalnya Bali dan Yogyakarta bisa mendatangkan wisatawan setiap tahunnya. Hal itu juga karena pengaruh budaya yang terus dirawat.

"Kalau kita lihat Bali dan Yogyakarta misalnya, mereka bisa mendatangkan jutaan wisatawan setiap tahun tidak hanya dari faktor keindahan alam, tapi juga karena nilai budaya yang melekat dan terus dirawat," ujar dia.

Wali Kota juga menjelaskan pentingnya unsur budaya dan pengetahuan sebagai nilai tambah, sehingga menjadi bahan baku cerita atau story telling produk atau jualan setiap daerah atau kota.

Dirinya menganalogikan sebuah produk tanpa cerita itu ibarat kaos polos, hanya mengandalkan warna dan kenyamanan. Jika bahan dan warna yang sama lalu ditambahkan unsur desain pasti harganya bertambah.

"Produk kriya sebuah daerah jika hanya mengandalkan keterampilan jadinya hanya kerajinan, tapi jika ada unsur pengetahuan, seni dan budaya yang ditanamkan di produk tersebut, menjadi barang seni yang bernilai tinggi, sehingga harga jualnya lebih mahal," ujar Mas Abu, sapaan akrabnya.

Kepala Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda dan Olah Raga (Disbudparpora) Kota Kediri Zachri Ahmad mengatakan kegiatan Kongres Aksara Kawi ini pertama kali digelar di Kediri. Acara diikuti oleh peserta dari berbagai daerah di Kediri dan sekitarnya.

Pihaknya juga mengapresiasi rencana digitalisasi Aksara Kawi tersebut. Dengan itu, anak-anak muda tentunya bisa belajar dan lebih mengetahui tentang budaya.

"Aksara Kawi ini bila dikatakan anak-anak sekarang belum tahu. Ini lalu dimunculkan, dibudayakan, sehingga mereka mengetahui seperti apa Aksara Kawi yang menjadi budaya bangsa kita itu dikenal oleh generasi sekarang," kata Zachri.

Ia juga berharap rencana itu bisa segera terwujud. Dirinya miris banyak anak-anak muda yang sudah mengetahui huruf negara lain misalnya Jepang tapi untuk Aksara Kawi justru belum banyak yang tahu.

"Anak-anak sekarang sudah tahu huruf Jepang, kita punya ini (Aksara Kawi). Ini sejarah, punya bangsa dan harus dilestarikan dan ini memang butuh proses," kata dia.

Kegiatan tersebut digelar selama tiga hari di sebuah hotel Kota Kediri dan diikuti budayawan dari Kediri dan sekitarnya. (*)
 

Pewarta: Asmaul Chusna

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021