Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak meresmikan Sentra Hak Kekayaan Intelektual (HKI) di Politeknik Elektronika Negeri Surabaya (PENS), Rabu.

"Adanya sentra HKI di PENS merupakan bentuk eksistensi dalam dunia pendidikan yang berkontribusi di bidang teknologi dan elektronik," kata Wagub Emil.

Menurutnya, di era digital saat ini yang dibutuhkan tidak hanya programming saja, melainkan juga hardware.

"Ternyata penerapan teknologi digital ini mengakselerasi berbagai inovasi lain. Baik mekanikal yang menjadi mekatronik atau artificial intelegence. Semua ini mendorong terobosan baru yang harus bergegas memanfaatkan itu. Semua bisa dilakukan jika HKI juga clear. Maka kami senang melihat sentra HKI diresmikan," katanya.

Emil berharap, sebagai perguruan tinggi politeknik paling produktif dalam hal HKI akan semakin terdorong lagi.

"Setelah HKI ada, saya harap ada tindak lanjutnya. Artinya kemudian ada langkah-langkah ke prototyping dan hingga bahkan ke tahap pra komersial dan komersial.  Ini butuh peran berbagai pihak. Kadang ada inovasi tapi belum ada bisnis model. Di sini perlu keterlibatan banyak pihak untuk mendorong itu," ujarnya.  

Sementara itu Direktur PENS, Aliridho Barakbah menyebut selama tiga tahun terakhir PENS telah memiliki 109 hak paten dan 173 hak cipta.

Bahkan di tahun ini, jumlah inovasi dan penelitian yang akan menjadi HKI mencapai 45 kekayaan intelektual. Jumlah ini naik dua kali lipat dibanding 2020 yang hanya 23 produk inovasi. 

"Untuk produknya kami punya dalam setahun dari mahasiswa 700 hingga 800 topik baru yang punya potensi untuk kita HKI-kan dan bekerja sama dengan industri. Sedangkan untuk penelitian internal ada sekitar 30an setiap tahunnya lewat penelitian dosen dan mahasiswa," kata Ali. 

Pihaknya berharap melalui HKI ini bisa mengakselerasi kekayaan intelektual para dosen dan mahasiswa. Yang terpenting, lanjutnya, inovasi produk tidak hanya berhenti pada HKI saja.

Ali mengungkapkan jika pihaknya telah menyiapkan satu gedung untuk inkubator bisnis.

"Jadi Hak Kekayaan Intelektual kami tuangkan dalam produk-produk inovatif, yang kami bridjing dengan industri melalui inkubator bisnis dari kami. Harapannya menyesuaikan dengan market industri," tuturnya. 

Sentra HKI PENS ini nantinya akan berperan penting dalam formalisasi karya-karya inovasi dalam bentuk paten, hak cipta, desain industri, desain tata letak sirkuit terpadu dan merek. Sementara, karya-karya tersebut juga diinventarisir dalam e-catalog.

"E-catalog yang berisi tentang brief description tugas akhir, skripsi dan tesis akan dibuat. Sasarannya adalah pihak industri serta masyarakat umum yang tertarik dengan karya-karya tersebut. Unit kerja sama institusi berikutnya akan membawa katalog tersebut ke industri untuk dipresentasikan dan di mapping juga potensi kolaborasi," katanya.

Industri yang tertarik terhadap beberapa topik yang ada di katalog tersebut kemudian akan menghubungi unit kerja sama institusi dan kemudian akan melanjutkan ke proses berikutnya. Di satu sisi, kampus akan menerima feed back dari industri, tentang topik-topik apa saja yang diminati oleh industri.

"Tantangan kita mendatang adalah kita masih perlu menyisir lagi dan mempertajam lagi seberapa nilai jual dari kekayaan intelektual tadi (yang terformalisasi dalam paten itu) menjadi nilai yang positif untuk institusi dan peneliti. Skemanya sekarang di balik, dengan kita bawa dulu ke industri, dan jika ada yang tertarik baru kita larikan ke paten," katanya. (*)

Pewarta: Willy Irawan

Editor : Slamet Hadi Purnomo


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021