PT Perhutani menggandeng PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) melakukan penanaman perdana tebu mandiri di Kabupaten Jombang dan Ngawi sebagai sinergi BUMN dan mendukung program ketahanan pangan nasional, khususnya gula.
Direktur Operasional Perhutani Natalas Anis Harjanto, di Surabaya, Rabu, mengatakan, tebu mandiri merupakan program pemerintah dalam rangka mendukung ketahanan pangan berupa gula, dan sekaligus sebagai model pengelolaan hutan dengan kolaborasi perhutanan sosial yang sesuai dengan prinsip pengelolaan hutan bersama masyarakat.
Penanaman perdana itu dilaksanakan secara bergantian, pertama dilakukan di petak 174 B.1 wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Ngujung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngujung Barat, KPH Jombang, kemudian dilanjutkan penanaman perdana di petak 95.C wilayah RPH Biren, BKPH Kedawak Utara KPH Ngawi.
Menurut Anis, penanaman dengan pola agroforestry akan lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan.
"Ke depan kami akan lebih fokus ke pola agroforestry dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari dengan menerapkan sistem tebang tanam, dengan sedikit menebang dan banyak menanam untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan," kata Anis.
Anis menambahkan, di wilayah Perhutani KPH Jombang dan KPH Ngawi yang akan ditanami agroforestry tebu mandiri seluas 613,33 hektare itu, rinciannya yakni di Jombang seluas 425,81 hektare, dan di Ngawi seluas 187,52 hektare.
"Hingga penanaman perdana ini, baru terealisasi seluas 32,98 hektare, yaitu di Jombang 17,15 hektare dan di Ngawi 15,83 hektare," katanya pula.
Asdep Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN Rahman Ferry isfianto mengatakan, intinya BUMN ingin keberadaannya bisa bermanfaat dan membawa perubahan untuk kesejahteraan masyarakat.
"Pemerintah ingin mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai penghasil gula, dan melalui swasembada tebu ini diharapkan kita bisa ekspor gula keluar negeri," ujarnya
Menurut Ferry, kerja sama ini sebagai langkah sinergi BUMN yakni Perhutani dan PTPN dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) bersama petani pesanggemnya.
Dalam kerja sama itu meliputi penyediaan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry, penyediaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Ferry mengatakan, agroforestry merupakan suatu sistem pola budi daya atau pengelolaan lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Direktur RNI Rahmat Sartono dalam kesempatan itu menuturkan, kerja sama agroforestry tebu antara RNI dengan Perhutani KPH Ngawi dan KPH Jombang seluas 497 hektare merupakan terobosan baru, dan sebagai peluang kerja sama sinergi BUMN antara Perhutani dan RNI untuk peningkatan pendapatan perusahaan dari agroforestry tebu.
"Kami mendukung program ini dan semoga bisa berkesinambungan," katanya lagi,
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Direktur Operasional Perhutani Natalas Anis Harjanto, di Surabaya, Rabu, mengatakan, tebu mandiri merupakan program pemerintah dalam rangka mendukung ketahanan pangan berupa gula, dan sekaligus sebagai model pengelolaan hutan dengan kolaborasi perhutanan sosial yang sesuai dengan prinsip pengelolaan hutan bersama masyarakat.
Penanaman perdana itu dilaksanakan secara bergantian, pertama dilakukan di petak 174 B.1 wilayah Resor Pemangkuan Hutan (RPH) Ngujung, Bagian Kesatuan Pemangkuan Hutan (BKPH) Ngujung Barat, KPH Jombang, kemudian dilanjutkan penanaman perdana di petak 95.C wilayah RPH Biren, BKPH Kedawak Utara KPH Ngawi.
Menurut Anis, penanaman dengan pola agroforestry akan lebih mengoptimalkan kombinasi tanaman hutan dan pangan termasuk tebu dengan melibatkan masyarakat sekitar hutan.
"Ke depan kami akan lebih fokus ke pola agroforestry dengan tetap mengikuti kaidah pengelolaan hutan lestari dengan menerapkan sistem tebang tanam, dengan sedikit menebang dan banyak menanam untuk menjaga kelestarian sumber daya hutan," kata Anis.
Anis menambahkan, di wilayah Perhutani KPH Jombang dan KPH Ngawi yang akan ditanami agroforestry tebu mandiri seluas 613,33 hektare itu, rinciannya yakni di Jombang seluas 425,81 hektare, dan di Ngawi seluas 187,52 hektare.
"Hingga penanaman perdana ini, baru terealisasi seluas 32,98 hektare, yaitu di Jombang 17,15 hektare dan di Ngawi 15,83 hektare," katanya pula.
Asdep Bidang Industri Perkebunan dan Kehutanan Kementerian BUMN Rahman Ferry isfianto mengatakan, intinya BUMN ingin keberadaannya bisa bermanfaat dan membawa perubahan untuk kesejahteraan masyarakat.
"Pemerintah ingin mengembalikan kejayaan Indonesia sebagai penghasil gula, dan melalui swasembada tebu ini diharapkan kita bisa ekspor gula keluar negeri," ujarnya
Menurut Ferry, kerja sama ini sebagai langkah sinergi BUMN yakni Perhutani dan PTPN dengan Lembaga Masyarakat Desa Hutan (LMDH) bersama petani pesanggemnya.
Dalam kerja sama itu meliputi penyediaan lahan kawasan hutan untuk budi daya tanaman tebu dengan pola agroforestry, penyediaan bibit, angkut hasil, peningkatan produksi dan produktivitas tanaman tebu, dan pemberdayaan masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraannya.
Ferry mengatakan, agroforestry merupakan suatu sistem pola budi daya atau pengelolaan lahan kawasan hutan untuk mengatasi masalah kekurangan lahan pangan dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di sekitarnya.
Direktur RNI Rahmat Sartono dalam kesempatan itu menuturkan, kerja sama agroforestry tebu antara RNI dengan Perhutani KPH Ngawi dan KPH Jombang seluas 497 hektare merupakan terobosan baru, dan sebagai peluang kerja sama sinergi BUMN antara Perhutani dan RNI untuk peningkatan pendapatan perusahaan dari agroforestry tebu.
"Kami mendukung program ini dan semoga bisa berkesinambungan," katanya lagi,
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021