Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sampang, Jawa Timur, mengantisipasi dampak La Nina pada pancaroba ini dengan mempersiapkan tim tangguh bencana dan menggelar sosialisasi peningkatan kewaspadaan kepada masyarakat setempat.
La Nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi, serta menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.
"La Nila biasanya terjadi di awal pergantian musim hujan hingga pertengahan musim hujan dan oleh karenanya perlu melakukan persiapan sebagai upaya antisipasi," kata Kepala BPBD Pemkab Sampang Asroni di Sampang, Kamis.
Berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2022.
Intensitas hujan diperkirakan lebih deras sehingga berpotensi menyebabkan banjir, terutama di daerah dataran rendah.
"Namun demikian, warga tidak perlu risau terhadap fenomena tersebut, karena hal itu merupakan fenomena alam biasa," katanya.
Cuaca ekstrem akibat La Nila, sambung dia, tidak hanya terjadi di Sampang akan tetapi hampir di semua daerah di Jawa Timur.
"Maka yang perlu segera kita lakukan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan mengimbau masyarakat agar selalu menyimak informasi prakiraan cuaca," katanya.
Pemkab Sampang akan menyampaikan rilis informasi berkala tentang perkembangan cuaca setiap harinya sehingga masyarakat bisa melakukan antisipasi, khususnya bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana.
Ia menjelaskan daerah rawan bencana di Kabupaten Sampang terdata empat kelurahan dan tujuh desa, semuanya di Kecamatan Kota, Sampang.
"Keempat kelurahan dan tujuh desa ini rawan bencana banjir," katanya.
Selain itu, ada dua kecamatan yang rawan tanah longsor, yakni Kecamatan Tambelangan dan Karangpenang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
La Nina merupakan fenomena alam yang menyebabkan udara terasa lebih dingin atau mengalami curah hujan yang lebih tinggi, serta menjadi salah satu faktor yang menyebabkan musim hujan di Indonesia terjadi, selain angin muson.
"La Nila biasanya terjadi di awal pergantian musim hujan hingga pertengahan musim hujan dan oleh karenanya perlu melakukan persiapan sebagai upaya antisipasi," kata Kepala BPBD Pemkab Sampang Asroni di Sampang, Kamis.
Berdasarkan prakiraan dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BKMG) puncak musim hujan pada Januari hingga Februari 2022.
Intensitas hujan diperkirakan lebih deras sehingga berpotensi menyebabkan banjir, terutama di daerah dataran rendah.
"Namun demikian, warga tidak perlu risau terhadap fenomena tersebut, karena hal itu merupakan fenomena alam biasa," katanya.
Cuaca ekstrem akibat La Nila, sambung dia, tidak hanya terjadi di Sampang akan tetapi hampir di semua daerah di Jawa Timur.
"Maka yang perlu segera kita lakukan adalah memberikan penyuluhan kepada masyarakat agar meningkatkan kewaspadaan dan mengimbau masyarakat agar selalu menyimak informasi prakiraan cuaca," katanya.
Pemkab Sampang akan menyampaikan rilis informasi berkala tentang perkembangan cuaca setiap harinya sehingga masyarakat bisa melakukan antisipasi, khususnya bagi warga yang tinggal di daerah rawan bencana.
Ia menjelaskan daerah rawan bencana di Kabupaten Sampang terdata empat kelurahan dan tujuh desa, semuanya di Kecamatan Kota, Sampang.
"Keempat kelurahan dan tujuh desa ini rawan bencana banjir," katanya.
Selain itu, ada dua kecamatan yang rawan tanah longsor, yakni Kecamatan Tambelangan dan Karangpenang.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021