Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa mendorong semua pihak termasuk daerah untuk melakukan penguatan ekosistem lingkungan, salah satunya dengan gerakan restorasi tanam mangrove atau bakau sebagai antisipasi bencana hidrometeorologi.

"Ini bagian dari ikhtiar menahan laju perubahan iklim. Mangrove selain sebagai kawasan ekologi yang berfungsi melindungi habitat dan ekosistem di kawasan ekonomi esensial juga sebagai sabuk hijau pelindung kawasan pesisir," kata Khofiah usai menanam mangrove di Desa Banyuurip, Kecamatan Ujungpangkah, Kabupaten Gresik, Jatim, Kamis.

Menurutnya, ke depan peran serta partisipasi masyarakat dalam rehabilitasi mangrove dan pengelolaannya harus lebih didorong agar bisa terkelola dengan baik.

"Di akar-akar mangrove itu ada kepiting, di akar mangrove itu ada udang . Kepiting dan udang memakan plankton-plankton di akar mangrove. Nah sekarang kalau ekosistemnya kita bangun maka habitat laut bisa bertumbuh dan berkembang kembali. Ini akan menjadi bagian dari penguatan ekosistem dan saya dukung lingkungan," kata Khofifah.

Selain menanam mangrove, Khofifah juga menanam pohon buah jenis alpukat aligator. Selain itu, beberapa jenis bibit yang juga ditanam antara lain asam, pulai, Bisbul, durian, matoa, duku, nangka, dan sawo.

Selain di Gresik, kegiatan serupa juga dilakukan di Wana Wisata Pantai Sowan, Desa Bogorejo, Kecamatan Bancar, Kabupaten Tuban, dan Kabupaten Lamongan, dan mengambil tema 'Nandur Mangrove Bareng'

Menurut Khofifah, ekosistem mangrove memiliki keterkaitan erat terhadap perubahan iklim. Keberadaan mangrove yang sehat di kawasan pesisir dapat meningkatkan resiliensi masyarakat pesisir terhadap perubahan iklim dan meminimalisir dampak bencana alam, seperti tsunami, badai dan gelombang.

Khofifah berharap gerakan restorasi mangrove ini bisa menjadi sebuah gerakan bersama.

Kepala Dinas Kehutanan Jatim, Jumadi mengatakan, pihaknya juga telah menyiapkan 5.000 batang bibit tanaman untuk wilayah Tuban dan Gresik. Dan sebelumnya pada 2020, juga telah menyelesaikan penanaman bibit mangrove mencapai lebih dari 1 juta hektare.

"Ini akan terus kami pantau karena kawasan ekonomi esensial harus dikelola. Bukan masalah ekonomi tapi konservasi dan berdampak pada jasa lingkungan. Kami juga susah memantau dari udara dari Banyuwangi, Situbondo, Probolinggo, Pasuruan, Wonorejo Surabaya, lalu belok ke barat kawasan Ujung Pangkah. Ini kawasan-kawasan yang harus kita lindungi," katanya.

Sementara itu, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang diakibatkan oleh parameter-parameter meteorologi, dan dipengaruhi oleh hal-hal yang berkaitan dengan meteorologi seperti angin, curah hujan, kelembapan, temperatur yang bisa memicu cuaca ekstrem.(*)

Pewarta: A Malik Ibrahim

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021