Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bekerja sama dengan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) meluncurkan program Digital Financial Literacy 2021 guna memperkenalkan model bisnis dan pemanfaatan Inovasi Keuangan Digital (IKD) kepada generasi milenial.
Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Bambang Mukti Riyadi di Surabaya, Selasa, mengatakan program peluncuran yang dikemas dengan mengusung tema How to be financially literate: An eye opener for new generation tersebut juga bertujuan memberikan pemahaman terkait risiko yang melekat pada penggunaan IKD dan layanan keuangan digital lainnya.
Bambang mengakui, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK tahun 2019, tingkat inklusi keuangan digital dan tingkat literasi keuangan digital masyarakat Indonesia masih di kisaran 31,26 persen dan 36 persen.
"Ketimpangan antara perkembangan layanan keuangan digital dengan rendahnya tingkat literasi keuangan digital di masyarakat ini berpotensi menimbulkan dampak negatif," katanya.
Bambang menjelaskan dampak itu di antaranya perencanaan keuangan yang tidak baik, tidak adanya tujuan untuk mengelola keuangan, penempatan instrumen investasi yang tidak tepat, dan terjebak oleh praktik investasi bodong atau Ponzi scheme.
Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital, Imansyah mengakui, dalam kondisi pandemi COVID-19, teknologi finansial memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan literasi dan percepatan inklusi keuangan.
"Hadirnya fintech memberikan dampak positif yang begitu besar untuk masyarakat, namun juga memuat risiko yang perlu kita pahami dan mitigasi dengan bijak agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar," katanya.
Untuk menjawab tantangan itu, kata dia, OJK sebagai regulator jasa keuangan berinisiatif untuk meningkatkan literasi keuangan digital dengan berbagai cara, antara lain membuat kurikulum terkait keuangan digital bagi pelajar dan mahasiswa, serta meningkatkan fungsi Fintech Center (OJK Infinity) dalam meningkatkan kapasitas SDM Sektor Jasa keuangan.
"Kami juga memfasilitasi konsultasi terkait dengan inovasi keuangan digital, dan membuat modul literasi keuangan digital," katanya.
Sementara itu, program literasi keuangan digital ini merupakan inisiatif berkesinambungan dari OJK yang ditujukan untuk memberikan edukasi dan literasi terkait layanan keuangan digital yang dikemas secara interaktif, menarik dan mudah dipahami dalam bentuk media buku, e-book, video animasi, dan e-games.
"Target utama yang disasar dari program Digital Financial Literacy (DFL) ini adalah generasi milenial yang memiliki potensi sebagai pengguna terbesar layanan keuangan digital," tuturnya.
Hadir dalam peluncuran itu, Rektor ITS Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari MEng, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Dino Milano Siregar, dan Advisor Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Widyo Gunadi, serta influencer kenamaan Reza Pahlevi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Kepala OJK Regional 4 Jawa Timur, Bambang Mukti Riyadi di Surabaya, Selasa, mengatakan program peluncuran yang dikemas dengan mengusung tema How to be financially literate: An eye opener for new generation tersebut juga bertujuan memberikan pemahaman terkait risiko yang melekat pada penggunaan IKD dan layanan keuangan digital lainnya.
Bambang mengakui, berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan OJK tahun 2019, tingkat inklusi keuangan digital dan tingkat literasi keuangan digital masyarakat Indonesia masih di kisaran 31,26 persen dan 36 persen.
"Ketimpangan antara perkembangan layanan keuangan digital dengan rendahnya tingkat literasi keuangan digital di masyarakat ini berpotensi menimbulkan dampak negatif," katanya.
Bambang menjelaskan dampak itu di antaranya perencanaan keuangan yang tidak baik, tidak adanya tujuan untuk mengelola keuangan, penempatan instrumen investasi yang tidak tepat, dan terjebak oleh praktik investasi bodong atau Ponzi scheme.
Deputi Komisioner OJK Institute dan Keuangan Digital, Imansyah mengakui, dalam kondisi pandemi COVID-19, teknologi finansial memiliki peranan yang sangat penting dalam meningkatkan literasi dan percepatan inklusi keuangan.
"Hadirnya fintech memberikan dampak positif yang begitu besar untuk masyarakat, namun juga memuat risiko yang perlu kita pahami dan mitigasi dengan bijak agar tidak menimbulkan kerugian yang lebih besar," katanya.
Untuk menjawab tantangan itu, kata dia, OJK sebagai regulator jasa keuangan berinisiatif untuk meningkatkan literasi keuangan digital dengan berbagai cara, antara lain membuat kurikulum terkait keuangan digital bagi pelajar dan mahasiswa, serta meningkatkan fungsi Fintech Center (OJK Infinity) dalam meningkatkan kapasitas SDM Sektor Jasa keuangan.
"Kami juga memfasilitasi konsultasi terkait dengan inovasi keuangan digital, dan membuat modul literasi keuangan digital," katanya.
Sementara itu, program literasi keuangan digital ini merupakan inisiatif berkesinambungan dari OJK yang ditujukan untuk memberikan edukasi dan literasi terkait layanan keuangan digital yang dikemas secara interaktif, menarik dan mudah dipahami dalam bentuk media buku, e-book, video animasi, dan e-games.
"Target utama yang disasar dari program Digital Financial Literacy (DFL) ini adalah generasi milenial yang memiliki potensi sebagai pengguna terbesar layanan keuangan digital," tuturnya.
Hadir dalam peluncuran itu, Rektor ITS Prof. Dr. Ir. Mochamad Ashari MEng, Direktur Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Dino Milano Siregar, dan Advisor Grup Inovasi Keuangan Digital OJK Widyo Gunadi, serta influencer kenamaan Reza Pahlevi.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021