Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani memaparkan sejumlah ikhtiar dalam program Banyuwangi Rebound di forum Konferensi Internasional tentang Manajemen, Bisnis dan Teknologi (Conference on Management, Business, and Technology/Icombest) yang digelar secara virtual, Selasa.

Program Banyuwangi Rebound merupakan serangkaian program yang digarap kabupaten tersebut sebagai upaya pemulihan ekonomi. Dan forum ini bertema "Pemulihan Ekonomi Pasca Pandemi: Bisnis, Manajemen, dan Teknologi".

"Berbagai upaya yang dilakukan Banyuwangi untuk pemulihan ekonomi, yang terangkum dalam program Banyuwangi Rebound. Kami menetapkan sejumlah sektor prioritas yang harus kami lakukan terlebih dahulu," ujar Bupati Ipuk.

Meski fokus pemulihan ekonomi, lanjut Ipuk, penanganan pandemi dari aspek kesehatan tidak dilupakan. Saat ini lebih dari 1,21 juta dosis vaksin telah disuntikkan kepada warga Banyuwangi dan untuk dosis 1 telah mencapai 58 persen sasaran. Vaksinasi masif tetap diiringi dengan penguatan testing, tracing, dan treatment (3T).

Ipuk menyampaikan kerangka dasar program Banyuwangi Rebound dengan menyebut "semua dinas adalah dinas pemulihan ekonomi".

"Semua program dan gerak pemerintah diarahkan untuk pemulihan ekonomi, terutama kelompok masyarakat menengah ke bawah," katanya.

Bupati Ipuk juga memaparkan sejumlah program, di antaranya ongkos kirim graris ke seluruh Indonesia untuk UMKM, pendampingan UMKM untuk go digital hingga sertifikasi, jemput bola membantu UMKM dalam mengurus izin usaha, program bantuan peningkatan kapasitas warung-warung kecil, Hari Belanja ke Pasar dan UMKM setiap bulannya pada tanggal-tanggal tertentu, hingga bantuan kepada ribuan PKL selama masa PPKM.

"Kami juga menjalankan program Jagoan Banyuwangi untuk membuat anak-anak muda tetap giat berwirausaha meskipun di masa pandemi yang sulit," tuturnya.

Saat ini, katanya, pariwisata Banyuwangi sudah mulai dibuka bertahap. "Selain itu kami siapkan program-program untuk menjadikan pariwisata sebagai pengungkit ekonomi, termasuk dengan memadukan bersama sektor pertanian," tutur Ipuk.

Dekan Fakultas Bisnis dan Manajemen Universitas Sultan Zainal Abidin Malaysia Prof. Dr. Ahmad Azrin Adnan juga mengatakan untuk bisa bertahan, pola pemasaran UMKM harus diubah.

"Kami bikin pelatihan-pelatihan usaha mikro kecil. Memaparkan pemasaran daring. Mereka dituntut harus mampu bikin inovasi secara berkala. Karena itu kami terus dampingi mereka, misalnya bikin landing page, terus mengevalusi produk mereka secara rutin apakah disukai pasar atau tidak, dan lain sebagainya," kata Azrin memaparkan pengalamannya di Malaysia.

Sementara pembicara lainnya, Shih Wei –Wu dari Universitas Teknologi Nasional Taipei, Taiwan, lebih fokus pada mengoneksikan UMKM dengan investor.

"Perlu ada campur tangan kita agar mampu meyakinkan para investor untuk turun tangan membantu UMKM ini bangkit kembali," ujarnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021