Sekelompok nelayan di Desa Bangsring, Kecamatan Wongsorejo, Banyuwangi, Jawa Timur, budi daya lima jenis lobster dengan menggunakan metode keramba dasar laut.
Ketua Kelompok Pembudi Daya Ikan Pesona Bahari Banyuwangi, Abdul Azis mengemukakan, budi daya lobster di kawasan Pantai Grand Watu Dodol (GWD) sudah berlangsung sejak 9 Juli 2020, menggunakan metode keramba dasar laut.
"Kami menggunakan metode keramba dasar laut karena arus di Selat Bali cukup kencang, sehingga tidak memungkinkan menggunakan model keramba apung. Tapi kalau keramba dipancang di dasar laut lebih bagus perkembangan lobster," kata Azis di Banyuwangi, Senin.
Menurut dia, budi daya lobster kelompok nelayan setempat memancang keramba di dasar laut sedalam sekitar enama meter hingga sepuluh meter.
"Semula nelayan di sini menemukan lobster di perairan Selat Bali di kedalaman 10 meter. Dari situlah kami berinisiatif budi daya lobster dengan metode keramba dasar," kata Azis.
Lobster yang dibudidayakan kelompok nelayan ada lima jenis, yakni lobster jenis batik, lobster pasir, lobster bambu, lobster batu dan lobster mutiara.
"Kalau aslinya lobsteri di kawasan Pantai GWD yang ditemukan nelayan hanya lobster jenis pasir dan bambu. Sedangkan lobster mutiara tidak ada. Tapi sekarang kami budidayakan lima jenis lobster tersebut," ujarnya.
Azis menambahkan, sejak pertama mencoba budi daya lobster pada Juli tahun lalu, terdapat enam keramba dan sampai sekrang terus berkembang menjadi 20 keramba.
"Setahun lebih kami membudidayakan lobster hasilnya sangat bagus. Hanya saja saat ini terkendala bibit lobster. Untuk pasarnya sudah ekspor ke Hong Kong dan China. Harga sekarang karena pandemi antara Rp250 ribu hingga Rp300 ribu per kilogram," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
Ketua Kelompok Pembudi Daya Ikan Pesona Bahari Banyuwangi, Abdul Azis mengemukakan, budi daya lobster di kawasan Pantai Grand Watu Dodol (GWD) sudah berlangsung sejak 9 Juli 2020, menggunakan metode keramba dasar laut.
"Kami menggunakan metode keramba dasar laut karena arus di Selat Bali cukup kencang, sehingga tidak memungkinkan menggunakan model keramba apung. Tapi kalau keramba dipancang di dasar laut lebih bagus perkembangan lobster," kata Azis di Banyuwangi, Senin.
Menurut dia, budi daya lobster kelompok nelayan setempat memancang keramba di dasar laut sedalam sekitar enama meter hingga sepuluh meter.
"Semula nelayan di sini menemukan lobster di perairan Selat Bali di kedalaman 10 meter. Dari situlah kami berinisiatif budi daya lobster dengan metode keramba dasar," kata Azis.
Lobster yang dibudidayakan kelompok nelayan ada lima jenis, yakni lobster jenis batik, lobster pasir, lobster bambu, lobster batu dan lobster mutiara.
"Kalau aslinya lobsteri di kawasan Pantai GWD yang ditemukan nelayan hanya lobster jenis pasir dan bambu. Sedangkan lobster mutiara tidak ada. Tapi sekarang kami budidayakan lima jenis lobster tersebut," ujarnya.
Azis menambahkan, sejak pertama mencoba budi daya lobster pada Juli tahun lalu, terdapat enam keramba dan sampai sekrang terus berkembang menjadi 20 keramba.
"Setahun lebih kami membudidayakan lobster hasilnya sangat bagus. Hanya saja saat ini terkendala bibit lobster. Untuk pasarnya sudah ekspor ke Hong Kong dan China. Harga sekarang karena pandemi antara Rp250 ribu hingga Rp300 ribu per kilogram," katanya. (*)
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021