Bupati Pamekasan Baddrut Tamam menyatakan, daerahnya memiliki pasar batik tulis terbesar se-Indonesia, bahkan se-Asia Tenggara, yakni Pasar Batik Tulis 17 Agustus di Kelurahan Bugih, Pamekasan, Pulau Madura, Jawa Timur.
"Klaim bahwa Pasar Batik Tulis 17 Agustus itu sebagai pasar batik tulis terbesar se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara, bukan dari saya, akan tetapi dari Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia saat meluncurkan Pasar Batik Tulis tersebut pada Oktober 2019," kata Baddrut Tamam di Pamekasan, Sabtu.
Di Pasar Batik Tulis 17 Agustus itu, semua jenis batik dijual langsung oleh pedagang dan perajin batik, mulai dari harga Rp70 ribu per potong hingga Rp15 juta, bahkan ada sebagian penjual yang membatik langsung di toko dan kios batik.
"Pasar ini merupakan ikon dan identitas Pamekasan sebagai kota batik," katanya.
Bupati muda ini menuturkan bahwa awalnya batik tulis Pamekasan belum dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia, karena promosi tentang batik tulis itu belum gencar dilakukan.
Namun, seiring dengan kebijakan Pemkab Pamekasan yang berpihak kepada para perajin dan pelaku usaha batik, kini batik tulis Pamekasan mulai dikenal di berbagai daerah di Indonesia, termasuk hingga ke luar negeri.
Apalagi setelah semua mobil dan kendaraan dinas milik Pemkab Pamekasan dibranding batik tulis Pamekasan, kini batik tulis asal Pamekasan itu semakin dikenal luas di kalangan masyarakat.
"Saat ini sudah banyak pedagang dan perajin batik yang menjual langsung dagangan mereka ke luar negeri secara online," katanya.
Bupati muda ini lebih lanjut menjelaskan, di berbagai kesempatan dirinya sering membantu mempromosikan batik hasil kerajinan masyarakat Pamekasan, baik saat menghadiri pertemuan maupun saat melakukan kunjungan kerja.
"Saat ini, batik kita wajibkan menjadi seragam aparatur sipil negara. Tujuannya, selain promosi, juga membantu ekonomi perajin batik di Pamekasan ini. Uang berputar di Pamekasan," katanya, menjelaskan.
Pada momentum Hari Batik Nasional ini, Bupati Baddrut Tamam mengajak, semua elemen bisa mendukung pengembangan ekonomi para perajin batik, karena selain batik tulis Pamekasan merupakan batik tulis terbaik, juga sebagai wujud rasa cinta pada produk lokal warga Pamekasan.
Kabupaten Pamekasan merupakan satu dari empat kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur yang sebagian bergantung pada penghasilan usaha batik tulis. Jumlah perajin batik tulis di kabupaten itu tersebar di 38 sentra batik, dengan jumlah 933 unit usaha, dan 6.526 orang yang menggantungkan nasibnya pada jenis usaha kreatif ini.
Nilai ekonomi usaha batik, menurut bupati, menyumbang satu hingga dua persen dalam sektor industri. Nilainya lebih rendah dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang mencapai 35,66 persen yang menempati posisi pertama. Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 19,61 persen dan kontribusi terbesar ketiga adalah sektor konstruksi dengan kontribusi sebesar 10,12 persen.
Industri batik di Pamekasan juga memiliki kaitan erat dengan beberapa program kerja yang sedang dijalankan bupati, seperti industri kreatif yang menurutnya relevan pada era Industry 4.0, maupun dengan program wirausahawan baru, serta beberapa program lainnya.
Pemkab Pamekasan berupaya mendorong berkembangnya industri batik di Kabupaten Pamekasan dengan melakukan pembinaan, peningkatan sumber daya manusia (SDM), dan pengembangan alat bantu berupa teknologi, dan upaya memperluas akses pemasaran melalui kegiatan promosi sistemik.
"Kebijakan pemkab Pamekasan untuk menguatkan rasa memiliki dan bangga akan hasil produk lokal para pembatik itu termasuk imbauan semua mobil dinas di masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) punya motif batik tulis Pamekasan," kata dosen Ilmu Komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Esa Arif AS, M.I.Kom.
Di Pamekasan, peringatan Hari Batik Nasional disambut masyarakat dengan beragam jenis kegiatan. Antara lain pameran batik tulis, dan pengenalan teknik membatik pada siswa SD, SMP hingga SMA.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021
"Klaim bahwa Pasar Batik Tulis 17 Agustus itu sebagai pasar batik tulis terbesar se-Indonesia bahkan se-Asia Tenggara, bukan dari saya, akan tetapi dari Kementerian Ekonomi Kreatif Republik Indonesia saat meluncurkan Pasar Batik Tulis tersebut pada Oktober 2019," kata Baddrut Tamam di Pamekasan, Sabtu.
Di Pasar Batik Tulis 17 Agustus itu, semua jenis batik dijual langsung oleh pedagang dan perajin batik, mulai dari harga Rp70 ribu per potong hingga Rp15 juta, bahkan ada sebagian penjual yang membatik langsung di toko dan kios batik.
"Pasar ini merupakan ikon dan identitas Pamekasan sebagai kota batik," katanya.
Bupati muda ini menuturkan bahwa awalnya batik tulis Pamekasan belum dikenal luas oleh masyarakat di Indonesia, karena promosi tentang batik tulis itu belum gencar dilakukan.
Namun, seiring dengan kebijakan Pemkab Pamekasan yang berpihak kepada para perajin dan pelaku usaha batik, kini batik tulis Pamekasan mulai dikenal di berbagai daerah di Indonesia, termasuk hingga ke luar negeri.
Apalagi setelah semua mobil dan kendaraan dinas milik Pemkab Pamekasan dibranding batik tulis Pamekasan, kini batik tulis asal Pamekasan itu semakin dikenal luas di kalangan masyarakat.
"Saat ini sudah banyak pedagang dan perajin batik yang menjual langsung dagangan mereka ke luar negeri secara online," katanya.
Bupati muda ini lebih lanjut menjelaskan, di berbagai kesempatan dirinya sering membantu mempromosikan batik hasil kerajinan masyarakat Pamekasan, baik saat menghadiri pertemuan maupun saat melakukan kunjungan kerja.
"Saat ini, batik kita wajibkan menjadi seragam aparatur sipil negara. Tujuannya, selain promosi, juga membantu ekonomi perajin batik di Pamekasan ini. Uang berputar di Pamekasan," katanya, menjelaskan.
Pada momentum Hari Batik Nasional ini, Bupati Baddrut Tamam mengajak, semua elemen bisa mendukung pengembangan ekonomi para perajin batik, karena selain batik tulis Pamekasan merupakan batik tulis terbaik, juga sebagai wujud rasa cinta pada produk lokal warga Pamekasan.
Kabupaten Pamekasan merupakan satu dari empat kabupaten di Pulau Madura, Jawa Timur yang sebagian bergantung pada penghasilan usaha batik tulis. Jumlah perajin batik tulis di kabupaten itu tersebar di 38 sentra batik, dengan jumlah 933 unit usaha, dan 6.526 orang yang menggantungkan nasibnya pada jenis usaha kreatif ini.
Nilai ekonomi usaha batik, menurut bupati, menyumbang satu hingga dua persen dalam sektor industri. Nilainya lebih rendah dari sektor pertanian, kehutanan dan perikanan yang mencapai 35,66 persen yang menempati posisi pertama. Posisi kedua ditempati oleh sektor perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 19,61 persen dan kontribusi terbesar ketiga adalah sektor konstruksi dengan kontribusi sebesar 10,12 persen.
Industri batik di Pamekasan juga memiliki kaitan erat dengan beberapa program kerja yang sedang dijalankan bupati, seperti industri kreatif yang menurutnya relevan pada era Industry 4.0, maupun dengan program wirausahawan baru, serta beberapa program lainnya.
Pemkab Pamekasan berupaya mendorong berkembangnya industri batik di Kabupaten Pamekasan dengan melakukan pembinaan, peningkatan sumber daya manusia (SDM), dan pengembangan alat bantu berupa teknologi, dan upaya memperluas akses pemasaran melalui kegiatan promosi sistemik.
"Kebijakan pemkab Pamekasan untuk menguatkan rasa memiliki dan bangga akan hasil produk lokal para pembatik itu termasuk imbauan semua mobil dinas di masing-masing organisasi perangkat daerah (OPD) punya motif batik tulis Pamekasan," kata dosen Ilmu Komunikasi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Madura Esa Arif AS, M.I.Kom.
Di Pamekasan, peringatan Hari Batik Nasional disambut masyarakat dengan beragam jenis kegiatan. Antara lain pameran batik tulis, dan pengenalan teknik membatik pada siswa SD, SMP hingga SMA.
COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021