Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, dua tahun beruntun menyandang predikat Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Award sebagai kabupaten/kota terbaik se-Jawa dan Bali.

Pengukuhan ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Nasional TPID 2021 yang digelar secara virtual, Rabu.

Dalam forum yang dihadiri dan dibuka Presiden Joko Widodo, dan diikuti segenap Menteri Kabinet Indonesia Maju, Gubernur BI, Gubernur, bupati/wali kota se-Indonesia itu, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mendapat kesempatan berdialog dengan presiden.

Bupati Ipuk menyampaikan terima kasih kepada pemerintah pusat yang telah mendukung Banyuwangi sebagai sentra cabai nasional melalui pendampingan, bibit, hingga alat pertanian.

Dukungan tersebut membuat Banyuwangi menjadi salah satu penyangga kebutuhan cabai nasional untuk meningkatkan keberlanjutan pasokan demi stabilitas harga.

Ia juga menyampaikan inovasi Banyuwangi dalam menumbuhkan UMKM pertanian melalui digitalisasi. Di antaranya melalui program Jagoan Tani yang menggodok ribuan anak muda melalui mentoring, sehingga melahirkan pengusaha muda bidang pertanian yang tangguh.

"Hal itu untuk mendukung peningkatan kesejahteraan petani, produktivitas untuk menjamin pasokan, dan sekaligus menjaga stabilitas harga. Kami optimistis dengan digitalisasi yang digerakkan anak-anak muda sesuai arahan presiden, sektor pertanian kami bisa terus tumbuh dan berdaya saing," paparnya.

Dalam kesempatan itu, Bupati Ipuk juga menyampaikan kesiapan Banyuwangi untuk ditugaskan sebagai sentra beras nasional, termasuk dengan pengembangan beras organik. Produksi beras Banyuwangi terus surplus, berkisar 325.000 ton per tahun.

"Selanjutnya, Banyuwangi siap jika diberikan penugasan, tidak terbatas hanya pada cabai, tapi juga beras, baik untuk nasional maupun ekspor," ujarnya.

Menanggapi paparan Bupati Ipuk, Presiden Jokowi menyatakan daerah yang surplus beras seperti Kabupaten Banyuwangi bisa memperkuat ekspor. Jokowi mengatakan surplus beras bisa memperkuat ekspor, karena permintaan ekspor beras baik organik maupun non-organik sangat besar.

"Seperti surplus beras di Banyuwangi dan di daerah lainnya, bisa segera disiapkan pasar ekspornya. Saya juga telah meminta pada Menteri Perdagangan dan Bulog produksi beras yang berlebih dari kebutuhan konsumsi masyarakat di berbagai daerah bisa disiapkan pasar ekspornya," kata presiden.

Presiden menambahkan produk-produk pangan di daerah yang bisa menjangkau pasar ekspor akan memperbaiki neraca perdagangan dan neraca pembayaran.

"Produk-produk pangan saat ini sangat dibutuhkan. Dengan menjangkau pasar ekspor bisa memperbaiki neraca perdagangan dan pembayaran kita," ujar Jokowi.

Presiden juga menyampaikan daerah-daerah yang memiliki surplus produk pangan bisa memanfaatkan platform e-comerce untuk memperluas pasar.

"Platform-platform digital seperti tanihub, sayurboks, sayurku, dan lainnya bisa mempercepat dan menjangkau pasar lebih luas," katanya.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Jember Hestu Wibowo menambahkan, Banyuwangi berhasil mempertahankan predikat sebagai TPID terbaik karena banyak program pengendalian inflasi yang inovatif.

"Seperti digitalisasi di sektor pertanian. Selain itu peningkatan SDM pertanian dengan berbagai program seperti Jagoan Tani yang mendorong anak-anak muda berinovasi di sektor pertanian. Daerah lain juga punya program, tapi tidak seinovatif Banyuwangi," tuturnya.

Hestu juga mengapresiasi pada sinergitas dan komitmen para pemangku kebijakan di Banyuwangi. "Ada komitmen kuat dari stakeholder seperti bupati, kepala Bulog, kepala perbankan, selalu intens dalam proses-proses high level meeting. Stakeholder di Banyuwangi mampu bahu-membahu dalam pengendalian inflasi," paparnya. (*)

Pewarta: Novi Husdinariyanto

Editor : Didik Kusbiantoro


COPYRIGHT © ANTARA News Jawa Timur 2021